BAB I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
Pendidikan mempunyai tugas
menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan
selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu
memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Bab ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling
keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara penanggulangannya.
Suatu pendidikan dipandang
bermutu-diukur dari kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan
memajukan kebudayaan nasional-adalah pendidikan yang berhasil membentuk
generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian. Untuk itu
perlu dirancang suatu sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana dan
proses pembelajaran yang menyenangkan, merangsang dan menantang peserta didik
untuk mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik berkembang secara optimal
sesuai dengan bakat dan kemampuannya adalah salah satu prinsip pendidikan
demokratis.
Mengenai masalah pedidikan,
perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin
dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih
rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan
uu pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita
kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya
rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi,
maupun kota dan kabupaten.
Penyelesaian masalah pendidikan
tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah
atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan
kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas sumber daya
manusia dan mutu pendidikan di indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan
wajib belajar sembilan tahun sejatinya masih menjadi pr besar bagi kita.
Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang
tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program
wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak indonesia masih banyak
yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun.
Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan,
sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi
bertahan pada kompetisi di era global.
B
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, maka
terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian manajemen dan
pendidikan secara umum?
2. Bagaimana latar belakang manajemen
pendidikan?
3. Bagaimana paradigma manajemen pendidikan?
4. Apa saja unsur-unsur manajemen
pendidikan?
C
TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas, maka
terdapat tujuan sebagai berikut:
1.
Mengetahui
pengertian manajemen dan pendidikan secara umum
2.
Mengetahui
latar belakang manajemen pendidikan
3.
Mengetahui
paradigma manajemen pendidikan
4.
Mengetahui
unsur-unsur manajemen pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A
PENGERTIAN
MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN SECARA UMUM
1. Pengertian
Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya
mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan
dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Manajemen merupakan suatu proses penggunaan sumber
daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu.Manajemen
adalah suatu proses kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan
suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasi.
Inti dari manajemen adalah kerjasama minimal dilakukan oleh dua orang atau lebih. Semakin besar organisasi maka akan semakin rumit sifat kerja dari organisasi itu. Karena kerja minimal dilakukan oleh dua orang maka tentunya dua orang tersebut telah mempunyai tujuan (keinginan) yang hendak dicapai. Jika dua orang telah berkumpul dan mempunyai tujuan maka kumpulan dua orang atau lebih dinamakan dengan organisasi.Oleh karena itu tidak akan ada manajemen jika tidak ada organisasi. Manajemen berasal dari bahasa Inggris Management dan di Indonesiakan dengan menejemen, manajemen, managemen, menegement, menyiasati dan meramu, akan tetapi yang paling banyak dipakai adalah manajemen.Sedangkan yang dimaksud dengan organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih dan sarana serta prasarana yang diikat pada satu kesatuan untuk mencapi tujuan yang telah ditetapkan bersama. Adapun yang dimaksud dengan manajer adalah orang yang aktifitas utamanya menjadi bagian utama dari proses manajemen. Secara lebih khusus seorang manajer adalah seseorang yang melakukan atau melaksanakan semua fungsi manajemen yang diarahkan kepada pencapaian tujuan organisasi.
Inti dari manajemen adalah kerjasama minimal dilakukan oleh dua orang atau lebih. Semakin besar organisasi maka akan semakin rumit sifat kerja dari organisasi itu. Karena kerja minimal dilakukan oleh dua orang maka tentunya dua orang tersebut telah mempunyai tujuan (keinginan) yang hendak dicapai. Jika dua orang telah berkumpul dan mempunyai tujuan maka kumpulan dua orang atau lebih dinamakan dengan organisasi.Oleh karena itu tidak akan ada manajemen jika tidak ada organisasi. Manajemen berasal dari bahasa Inggris Management dan di Indonesiakan dengan menejemen, manajemen, managemen, menegement, menyiasati dan meramu, akan tetapi yang paling banyak dipakai adalah manajemen.Sedangkan yang dimaksud dengan organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih dan sarana serta prasarana yang diikat pada satu kesatuan untuk mencapi tujuan yang telah ditetapkan bersama. Adapun yang dimaksud dengan manajer adalah orang yang aktifitas utamanya menjadi bagian utama dari proses manajemen. Secara lebih khusus seorang manajer adalah seseorang yang melakukan atau melaksanakan semua fungsi manajemen yang diarahkan kepada pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen adalah ilmu pengetahuan maupun seni.Ada
suatu pertumbuhan yang teratur mengenai manajemen-suatu ilmu pengetahuan-yang
menjelaskan manajemen deangan pengacuan kepada kebenaran-kebenaran umum.
Hubungan-hubungan sabab musabab antar “variable” dalam manajemen sudah
ditentukan dan dan diungkapkan sebagai generalisasi takluk kepada penelitian
selanjutnya dan disesuaikan dengan pengetahuan baru.
Seni adalah pengetahuan bagaimana mencapai hasil
yang diinginkan.Ia adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan
dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan kemampuan manajemen. Seni
manajemen menghendaki kreativitas,atas dasar dan dengan syarat suatu pengertian
mengenal ilmu manajemen.Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dan seni manajemen
merupakan keomplemennya masing-masing.
Jika yang satu meningkat, demikian pulalah harusnya
yang lain, perlu ada satu keseimbangan antara keduanya.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a. Manajemen
mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
b. Manajemen
merupakan perpaduan antara ilmu dengan seni.
c. Manajemen
merupakan proses yang sistematis,terkoordinasi, koperatif, dan terintegrasi
dalam memanfaatkan unsur-unsurnya
d. Manajemen
baru dapat diterapkan jika ada dua orang atau lebih melakukan kerjasama dalam
suatu organisasi.
e. Manajemen
harus didasarkan pada pembagian kerja,tugas, dan tanggung jawab.
f. Manajemen
terdiri dari beberapa fungsi
g. Manajemen
hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Pengertian Manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan
atau seni memimpin orang dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang melibatkan dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
Pada dasarnya manajemen itu penting, sebab:
a. Pekerjaan
berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan pembagian kerja,
tugas dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya.
b. Perusahaan
akan dapat berhasil baik,jika manajemen diterapkan dengan baik.
c. Manajemen
yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang
dimiliki.
d. Manajemen
yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan..
e. Manajemen
menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan memanfaatkan 6M dalam
proses manajemen tersebut.
f. Manajemen
perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan.
g. Manajemen
mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur
h. Manajemen
merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan
i. Manajemen
selalu dibutuhkan dalam setiap kerja sama sekelompok orang.
2. Pengertian
pendidikan
Definisi pendidikan secara luas terbatas adalah
usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui
kegiatan, bimbingan, pengajaran atau latihan yang berlangsung di sekolah dan
luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan
dating. Pendidikan merupakan pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam
bentuk pendidikan formal,non formal dan informal di sekolah dan luar sekolah
yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan
kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan
hidup secara tepat.
3. Pengertian
Manajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan
merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda sehingga tidaklah
aneh apabila banyak yang belum mengenal. Istilah lama yang sering digunakan
adalah ‘administrasi’. Untuk memperjelas pengertian
manajemen, tampaknya perlu ada penjelasan lain
yang lebih bervariasi mengenai makna manajemen.
Manajemen Pendidikandalam
kamus bahasa Belanda-Indonesia disebutkan bahwa istilah manajemen berasal dari
“administratie” yang berarti tata-usaha. Dalam pengertian manajemen tersebut,
administrasi menunjuk pada pekerjaan tulis-menulis di kantor. Pengertian inilah
yang menyebabkan timbulnya contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang
sudah disinggung, karena manajemen dibatasi lingkupnya sebagai pekerjaan
tulis-menulis.
Pengertian lain dari “manajemen” berasal dari bahasa
Inggris “administration” sebagai “the management of executive affairs”. Dengan
batasan pengertian seperti ini maka manajemen disinonimkan dengan “management”
suatu pengertian dalam lingkup yang lebih luas (Encyclopedia Americana, 1978,
p. 171). Dalam pengertian Manajemen Pendidikan ini,
manajemen bukan hanya pengaturan yang terkait dengan pekerjaan tulis-menulis,
tetapi pengaturan dalam arti luas.
Manajemen pendidikan untuk saat ini merupakan hal
yang perlu diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilakan
keluaran yang diinginkan.
Menurut Dale yang mengutip beberapa pendapat ahli tentang pengertian manajemen, merincikan bahwa manajemen berarti:
Menurut Dale yang mengutip beberapa pendapat ahli tentang pengertian manajemen, merincikan bahwa manajemen berarti:
a. Mengelola
orang-orang
b. Pengambilan
keputusan
c. Proses
pengorganisasian dan memakai sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang
ditentukan
d. Pendapat
pertama merupakan penanganan terhadap para anggota organisasi, sedangkan
pendapat kedua dan ketiga mencakup para anggotanya dan materi.
Dari pengertian di atas ,manajemen pendidikan
merupakan suatu proses untuk mengkoordinasi berbagai sumber daya pendidikan
seperti guru, sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium,
dsb untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan.
Pengertian Manajemen Pendidikan; Manajemen adalah
seni atau ilmu mengelola sumber daya manusia (pendidik) untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
B
LATAR
BELAKANG MANAJEMEN PENDIDIKAN
Banyak
kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen.Beberapa orang
melihatnya (dengan definisi) sebagai konseptualisasi modern yang terlambat
(dalam hal modernitas yang terlambat).dalam istilah tersebut manajemen tidak
memiliki sejarah pra-modern, hanya merupakan pertanda. Beberapa orang lainnya,
mendeteksi aktivitas mirip-manajemen di masa pra-modern akhir.beberapa penulis
melacak perkembangan pemikiran manajemen pada pedagang-pedangan Sumeria dan
pembangun piramid Mesir. Para pemilik budak selama berabad-abad menghadapi
permasalahan eksploitasi/memotivasi budak yang bergantung namun terkadang suka
melawan (memaksa otoritas), namun banyak perusahaan pra-industri, dengan skala
mereka yang kecil, tidak merasa terdorong ungtuk menghadapi permasalahan
manajemen secara sistematis.namun, inovasi seperti penyebaran sistem angka
Hindu-Arab (abad ke-5 hingga ke15) dan kodifikasi kesekretariatan entri-ganda
(1494) menyediakan perangkat untuk penilaian, perencanaan dan kendali
manajemen.
1.
Teori
Manajemen Kuno
Sampai dengan tingkat tertentu,
manajemen telah dipraktekkan oleh masyarakat kuno.Sebagai contoh, bangsa Mesir
bisa membuat piramida.Bangunan yang cukup kompleks yang hanya bisa diselesaikan
dengan koordinasi yang baik.Kekaisaran Romawi mengembangkan struktur organisasi
yang jelas, dan sangat membantu komunikasi dan pengendalian.
Meskipun manajemen telah dipraktekkan dan dibicarakan di jaman kuno, tetapi kejadian semacam itu relatif sporadis, dan tidak ada upaya yang sistematis untuk mempelajari manajemen.Karena itu manajemen selama beberapa abad kemudian “terlupakan”.
Meskipun manajemen telah dipraktekkan dan dibicarakan di jaman kuno, tetapi kejadian semacam itu relatif sporadis, dan tidak ada upaya yang sistematis untuk mempelajari manajemen.Karena itu manajemen selama beberapa abad kemudian “terlupakan”.
Pada akhir abad 19-an, perkembangan
baru membutuhkan studi manajemen yang lebih serius.Pada waktu industrialisasi
berkembang pesat, dan perusahaan-perusahaan berkembang menjadi perusahaan raksasa.
2.
Manajemen
di Era moderen
Era moderen ditandai dgn hadirnya
konsep manajemen kualitas total (total quality management) di abad ke-20 yg
diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yg paling terkenal di antaranya W.
Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sbg Bapak Kontrol Kualitas di Jepang.Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya.Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dgn mengajukan teori 5 langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dpt ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, & pemanfaatan yg lbh baik atas waktu & material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan kualitas & harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dpt bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana ukt meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Deming, orang Amerika, dianggap sbg Bapak Kontrol Kualitas di Jepang.Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya.Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dgn mengajukan teori 5 langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dpt ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, & pemanfaatan yg lbh baik atas waktu & material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan kualitas & harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dpt bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana ukt meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
3.
Teori
Manajemen Organisasi
a. Henry Fayol (1841-1925)
Henry
Fayol merupakan industrialis Prancis, ia sering disebut sebagai bapak aliran
manajemen klasik karena upaya “mensistematisir” studi manajerial. Menurut
Fayol, praktek manajemen dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat
diidentifikasi dan dianalisis. Dan selanjutnya analisis tersebut dapat
dipelajari oleh manajer lain atau calon manajer.
Fayol adalah orang yang pertama mengelompokkan kegiatan menajerial dalam 4 fungsi manajemen, yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengarahan, dan (4) Pengendalian. Fayol percaya bahwa manajer bukan dilahirkan tetapi diajarkan.Manajemen bisa dipelajari dan dipraktekkan secara efektif apabila prinsip-prinsip dasarnya dipahami.
Fayol adalah orang yang pertama mengelompokkan kegiatan menajerial dalam 4 fungsi manajemen, yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengarahan, dan (4) Pengendalian. Fayol percaya bahwa manajer bukan dilahirkan tetapi diajarkan.Manajemen bisa dipelajari dan dipraktekkan secara efektif apabila prinsip-prinsip dasarnya dipahami.
b. Max Weber (1864-1920)
Max
Weber adalah seorang ahli sosiologi Jerman yang mengembangkan teori birokrasi.
Menurutnya, suatu organisasi yang terdiri dari ribuan anggota membutuhkan
aturan jelas untuk anggota organisasi tersebut.Organisasi yang ideal adalah
birokrasi dimana aktivitas dan tujuan diturunkan secara rasional dan pembagian
kerja disebut dengan jelas.Birokrasi didasarkan pada aturan yang rasional yang
dapat dipakai untuk mendesain struktur organisasi yang jelas.
Konsep birokrasi Weber berlainan dengan pengertian birokrasi populer, dimana orang cnderung mengartikan kata birokrasi dengan konotasi negatif, yaitu organisasi yang lamban, tidak reponsif terhadap perubahan.
Konsep birokrasi Weber berlainan dengan pengertian birokrasi populer, dimana orang cnderung mengartikan kata birokrasi dengan konotasi negatif, yaitu organisasi yang lamban, tidak reponsif terhadap perubahan.
c. Mary Parker Follet (1868-1933)
Mary
Parker Follet agak berbeda sedikit dengan pendahulunya karena memasukkan elemen
manusia dan struktur organisasi kedalam analisisnya. Elemen tersebut kemudian
muncul dalam teori perilaku dan hubungan manusia. Follet percaya bahwa
seseorang akan menjadi manusia sepenuhnya apabila manusia menjadi anggota suatu
kelompok. Konsekuensinya, Follet percaya bahwa manajemen dan pekerja mempunyai
kepentingan yang sama, karena menjadi anggota organisasi yang sama.
d. Chester I Barnard (1886-1961)
Bernard
mengembangkan teori organisasi, menurutnya orang yang datang keorganisasi
formal (seperti perusahaan) karena ingin mencapai tujuan yang tidak dapat
dicapai sendiri. Pada waktu mereka berusaha mencapai tujuan organisasi, mereka
juga akan berusaha mencapai tujuannya sendiri. Organisasi bisa berjalan dengan
efektif apabila keseimbangan tujuan organisasi dengan tujuan anggotanya dapat
terjaga. Bernard percaya bahwa keseimbangan antara tujuan organisasi dengan
individu dapat dijaga apabila manajer mengerti konsep wilayah penerimaan (zone
of acceptance), dimana pekerja akan menerima instruksi atasannya tanpa
mempertanyakan otoritas manajemen.
4.
Teori
Manajemen Kontemporer
Ada beberapa perkembangan yang
cenderung mengintegrasikan pendekatan-pendekatan sebelumnya, menjadikan
batas-batas pendekatan yang telah dibicarakan
menjadi tidak jelas. Namun demikian ada pendekatan yang tetap berakar pada pendekatan-pendekatan tertentu.
menjadi tidak jelas. Namun demikian ada pendekatan yang tetap berakar pada pendekatan-pendekatan tertentu.
C
PARADIGMA
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Pada era
reformasi, masyarakat Indonesia menginginkan perubahan dalam semua aspek
kehidupan bangsa. Pembaharuan pada
sektor pendidikan yang memiliki peran strategis dan fungsional (Hujair
AH.Sanaky,2003:3 dalam Sudarmiani,2009:13), juga memerlukan paradigma baru yang
harus menekankan pada perubahan cara berpikir dalam pengelolaan dan pelaksanaan
pendidikan. Pendidikan yang telah berjalan selama ini tidak bisa menjadi
penggerak pembangunan di Indonesia, malahan pendidikan telah menghambat
pembangunan ekonomi dan teknologi, buktinya adalah dengan adanya kesenjangan
sosial, budaya, dan ekonomi. Berbagai masalah yang timbul tersebut diakibatkan
oleh semakin lemahnya pendidikan nasional. Pembaharuan pendidikan nasional yang
telah mendasar dan menyeluruh harus dimulai dari mencari penjelasan baru atas
paradigma dan peran pendidikan dalam pembangunan (zamroni,2000:5-6 dalam
Sudarmiani,2009:13).
Paradigma
tersebut harus berimplikasi pada perubahan perspektif dalam pembangunan
pendidikan, mulai dari perspektif yang menganggap pendidikan sebagai sektor
pelayanan umum ke perspektif pendidikan sebagai suatu investasi produk yang
mampu mendorong pertumbuhan masyarakat di berbagai bidang kehidupan. Pendidikan
sebagai faktor yang dipengaruhi oleh berbagai permasalahan yang terjadi dalam
berbagai kehidupan.
Melalui paradigma baru tersebut,
dimaksudkan pendidikan harus mampu melawan berbagai tantangan dan permasalahan
yang terjadi dalam lingkungan kehidupan. Pendidikan dan kehidupan telah
menyatu, maka pendidikan dapat dikatakan sebagai proses memanusiakan manusia.
Berikut ini
adalah langkah-langkah untuk melakukan rekonstruksi pendidikan dalam rangka
membangun paradigma baru sistem pendidikan nasional :
1. Pendidikan
nasional hendaknya memiliki visi yang berorientasi pada demokratisasi bangsa.
2. Pendidikan
nasional hendaknya memiliki misi agar tercipta partisipasi masyarakat secara
menyeluruh.Pendidikan tidak hanya terfokus dalam penyiapan tenaga kerja, tapi
untuk memperkuat kemampuan dasar pembelajar sehingga memungkinkan baginya untuk
berkembang lebih jauhdalam konteks kehidupan global.
3. Substansi
pendidikan dasar hendaknya mengacu pada perkembangan potensi dan kreativitas
pembelajar. Pendidikan mengengah dan tinggi hendaknya diarahkan pada membuka
kemungkinan pengembangan kepribadian secara vertikal (keilmuan) dan horisontal
(keterkaitan antar bidang keilmuan).
4. Pendidikan
dasar dan menengah perlu mengembangkan sistem pembelajaran yang egaliter dan
demokratis agar tidak terjadi pengelompokan kelas atas dasar kemampuan
akademik.
5. Pendidikan
tinggi harus mempersiapkan dan memperkuat kemampuan dasar mahasiswa untuk
memungkinkan mereka berkembang baik secara individu, anggota msyarakat, maupun
sebagai warga negara dalam konteks global.
6. Kebijakan
kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, harus memperhatikan tahap
perkembangan pembelajar dan kesesuaian dengan lingkungan, perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, budaya, seni serta sesuai dengan jenjang
masing-masing satuan pendidikan dengan
mengembangkan proses pembelajaran kreatif.
7. Perlu
mengaktualisasikan enam unsur kapasitas belajar, yaitu:
a. Kepercayaan
(confidence)
b. Keingintahuan
(curioucity)
c. Sadar tujuan
(intensionality)
d. Kendali diri
(self control)
e. Mampu bekerja
sama (work together)
f. Kemampuan
bergaul secara harmonis dan saling pengertian (relatedness)
8. Untuk menjaga
relevansi outcome pendidikan, dengan mengimplementasikan filsafat rekonstruksivisme
dalam berbagai tingkat kebijakan dan praktisi pendidikan.
9. Pendidikan
nasional hendaknya mendapatkan proporsi alokasi dana yang cukup memadai.Realisasi
pendidikan dalam konteks lokal diperlukan badan-badan pembantu dalam dunia
pendidikan. Misalnya saja ‘Dewan Sekolah’ yang memiliki peran untuk memberi
masukan-masukan dalam berbagai aspek. Menetapkan model rekruitmen pejabat
pendidikan secara profesional. Kompetensi dan sertifikasi guru dan dosen juga
harus dilakukan dengan profesional. Pemerintah harus membentuk badan
‘independen’ profesi guru dan dosen yang anggotanya terdiri dari tenaga
kependidikan profesional, terpercaya, dan bertanggung jawab yang akan menilai kompetensi
profesional, keilmuan, personal dan sosial dari guru dan dosen.
Paradigmanya adalah manajemen pendidikan harus sejalan
dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Maka dinyatakan School
Based Manajement (SBM) sebagai alternatif paradigma baru, dengan pendekatan
akar rumput (grass root approach).
1. Perubahan
Paradigma Manajemen Pendidikan
Undang-undang tentang Otonomi Daerah memberikan
kewenangan kepada daerah termasuk kewenangan dalam pengelolaan pendidikan di
sekolah. Berdasarkan hal tersebut maka manjeman pendidikan perlu melakukan
revitalisasi dan penyesuaian dari manajemen paradigma lama yang bersifat
sentralistik menuju manajemen pendidikan paradigma baru yang lebih bersifat
demokratis dan desentralistik.
Teknologi informasi telah mengubah paradigma baru
pendidikan berbasis teknologi informasi. Perubahan ini meliputi dua konteks
yaitu konteks pengajaran dan konteks manajemen pendidikannya.
Karakteristik pengajaran berbasis teknologi informasi :
No
|
Aspek model pembelajaran yang berubah
|
Lama
|
Baru
|
1
|
Instruksi
|
Guru
|
Siswa
|
2
|
Stimulasi
|
Single-sense
|
Multisensory
|
3
|
Pengembangan
|
Single path
|
Multi path
|
4
|
Media
|
Single
|
Multi
|
5
|
Isolasi
|
Kolaborasi
|
|
6
|
Informasi
|
Sepihak
|
Pertukaran
|
7
|
Proses belajar
|
Pasif
|
Aktif
|
8
|
Pola pikir
|
Bersifat faktual
|
Berfikir kritis
|
9
|
Tujuan
|
Pengetahuan
|
Pengambilan keputusan
|
10
|
Respon
|
Reaktif
|
Proaktif dan tindakan terencana
|
11
|
Konteks
|
Artificial
|
Dunia nyata
|
Perubahan dalam Aspek Manajemen
Penddidikan
No
|
Lama
|
Baru
|
1
|
Belajar sekali seumur hidup
|
Belajar seumur hidup
|
2
|
Menara gading
|
Pasar yang kompetitif
|
3
|
Sekolah single mode
|
Sekolah multi mode
|
4
|
Sekolah berlingkup melebar
|
Sekolah dengan profil khas/spesifik
|
5
|
Sekolah isolatif
|
Sekolah kooperatif
|
6
|
Broad basic studies
|
Just in time basic studies
|
7
|
Lulusan berorientasi kurikulum
|
Sertifikasi ilmu pengetahuan
|
8
|
Pembelajaran berorientasi cermin
|
Learning on demand
|
9
|
Kurikulum linear
|
Ruang pembelajaran
|
Upaya untuk
menyikapi perubahan paradigma :
a. Konten dan
kurikulum harus berbasis pada penciptaan kompetensi siswa
b. Proses
pembelajaran harus berorientasi pada pemecahan riil dalam kehidupan
c. Teknologi
informasi harus dioptimalkan guna menciptakan jejaring pendidikan antar sekolah
atau lembaga pendidikan lainnya
d. Individu yang
terlibat dalam proses pendidikan harus memiliki kemampuan multidimensi agar
bisa mengoptimalkan multi-intelejensi peserta didik
e. Manajemen
sekolah harus terpadu secara administrasi maupun akademis
f. Kebijakan
keuangan harus bersifat otonom dengan memanfaatkan kemampuan potensi lokal
Manajemen
paradigma lama : tugas dan fungsi sekolah terbatas hanya melaksanakan program,
tanpa ada inisiatif untuk merumuskan program dan melaksanakan sendiri
tugas-tugas pendidikan di sekolahnya.
Manajemen
paradigma baru : sekolah memiliki wewenang dalam lembaganya, pengambilan
keputusan dilakukan secara bersama dan peran masyarakat makin besar. Sekolah
dituntut untuk lebih profesional dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan
kegiatan-kegiatan sekolah liannya, karena tidak perlu menunggu perintah dari
lembaga diatasnya. Pada paradigma baru ini sekolah juga lebih mengutamakan
kebersamaan dan sumber daya, informasi lebih terbuka, serta struktur
organisasinya berubah menjadi horisontal, sehingga lebih efisien.
Paradigma baru
manajemen pendidikan pada era otonomi daerah lebih mendorong pada kemandirian
sekolah. Karakteristik sekolah yang mandiri :
a. Tingkat
kemandirian tinggi, tingkat
ketergantungan rendah
b. Bersifat
adaptif, antisipatif, dan proaktif
c. Jiwa
kewirausahaan tinggi
d. Bertanggungjawab
terhadap kinerja sekolah
e. Melakukan
pengawasan ketat terhadap manajemen dan sumber daya sekolah
f. Melakukan pengawasan
kerja
g. Berkomitmen
tinggi
h. Motivasi
prestasi tinggi
Yang dapat memberdayakan warga sekolah pada era otonomi
daerah antara lain :
a. Pemberian
kewenangan dan tanggung jawab
b. Pekerjaan yang
bermakna
c. Kebersamaan
dalam memecahkan persoalan sekolah
d. Pemberian
kepercayaan dan penghargaan untuk seluruh warga sekolah
e. Adanya variasi
tugas
2.
Paradigma MSB dalam Manajemen
Pendidikan
Karakter MBS
adalah mengenai proses manajemen pendidikan yang meliputi masukan (input),
proses (process), hasil/lulusan (output) dan outcomes.
Biasanya
sekolah yang mandiri dan efektif memiliki proses pendidikan sebagai berikut:
a. Efektifitas
proses belajar mengajarnya tinggi. Proses belajar mengajar pada paradigma baru manajemen
pendidikan lebih menekankan pada kemampuan untuk bekerja, cerdas hidup bersama
dan belajar menjadi diri sendiri.
b. Gaya
kepemimpinan yang tangguh.
Kepala sekolah
sebagai manajer dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang
tangguh dan kuat agar mampu mengambil keputusan yang mengunutngkan semua pihak
serta selalu memiliki prakarsa untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolahnya
sesuia visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah yang telah ditetapkan
c. Lingkungan
sekolah yang aman dan nyaman.
Sekolah yang
ideal selalu menciptakan iklim sekolah dan lingkungan yang aman dan nyaman
serta bersih dan sehat demi berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
d. Pengelolaan
tenaga kependidikan yang efektif dan profesional. Sejak awal pola perekrutan dan pengelolaan tenaga
kependidikan harus memenuhi standar, artinya menguasai bidang keahlian
kependidikan secara profesional. Implementasi MBS menuntut dukungan tenaga
kependidikan yang terampil dan berkualitas agar dapat membangkitkan mtivasi
kerja yang lebih produktif
e. Sekolah
memiliki budaya mutu.
Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka sekolah harus memiliki budaya mutu
sbb:
1) Mengakses dan
memiliki informasi yang berkwalitas demi perbaikan dan pengembangan mutu
sekolah
2) Mampu
melaksanakan kewenangan sesuia tugas dan tanggung jawabnya
3) Hasil atau
output pendidikan diikuti rewards dan punishment
4) Melakukan
sinergi dan kolaborasi dengan masyarakat dan instansi terkait dalam bentuk
kerjasama yang saling menguntungkan
5) Mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan tetap berpegang pada
nilai-nilai kepribadian bangsa
6) Adanya rewards
atau intensive yang proporsional dengan nilai pekerjaan
7) Warga sekolah
merasa memiliki sekolah, sehingga ada rasa tanggung jawab terhadap organisasi
sekolahnya (termsuk alumni)
8) Menumbuhkan
daya saing yang sehat
9) Kebersamaan
yang mencerminkan persatuan dan kesatuan sekolah
Budaya koordinasi dan kerjasama baik
antar individu maupun antar fungsi dalam sekolah harus dibiasakan dalam
organisasi sekolah, sehingga rasa kebersamaan dalam persatuan dan kesatuan
antar warga sekolah tetap terhaga
f. Otonomi daerah. Seiring dengan
adanya Otonomi daerah, maka sekolah memiliki kewenangan dan keleluasaan untuk
mengelola sekolahnya sebaik mungkin secara mandiri.
g. Katerlibatan
warga sekolah dan masyarakat.
MBS memberika
kesempatan yang luas kepada warga sekolah dan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan demi kemajuan sekolah.
h. Open manajement
(manajemen terbuka).
Pengelolaan
kegiatan sekolah yang menyangkut fungsi-fungsi manajemen dan penggunaan sumber
daya sekolah, khsusnya penggunaan keuangan harus bersifat transaparan dan
selalu melibatkan pihak-pihak terkait.
i. Adanya kemauan
untik berubah. Warga sekolah
harus menyadari bahwa dunia ini tidak ada yang abadi, kecuali perubahan itu
sendiri, sebab susuatu yang telah berubah, suatu saat akan berubah lagi,
demikian seterusnya.
j. Sekolah harus
peka terhadap kebutuhan.
Sekolah harus
mampu menyusun kebutuhan pendidikan sesuai dengan skala prioritas sekolah agar
tidak ketinggalan jaman. Fasilitas sekolah dan profesionalisme guru harus
ditingkatkan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.
k. Melakukan
evaluasi dan perbaikan diri. Baik gru dan siswa harus melakukan evaluasi sesuai dengan
tugasnya masing-masing. Hasil evaluasi baik guru maupun siswa adalah sebagai
bahan untuk melakukan perbaikan dan pembinaan kinerja masing-masing.
l. Organisasi dan
akuntabilitas yang sehat.
Organisasi yang
dikelola secra profesional dan akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban
yang harus dilakukan sekolah terhadap penyelenggaraan program sekolah sebagai
bagian dari pelaksanaan MBS.
D
UNSUR-UNSUR
DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN
1. Kegiatan
Perencanaan
Perencanaan
tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Arti penting perencanaan terutama
adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan
dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian
(organizing). Menurut George R. Terry (1986: 73) merupakan kegiatan dasar dari
manajemen, dilaksanakan untuk dan mengatur seluruh sumber-sumber yang
dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan
sukses.
Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
3. Penggerakan
Dari
seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen
yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak
berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung
dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry (1986: 17) mengemukakan bahwa actuating disebut juga gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986: 17) mengemukakan bahwa actuating disebut juga gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.
Dari
pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan
dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara
optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
4. Pengawasan
dan evaluasi
Pengawasan
(controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam
suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai
fungsi pengawasan. Menurut Schermerhorn, Hunt dan Osborn (dalam Sudjana, 2000:
229) bahwa pengawasan adalah upaya memantau penampilan para pelaksana program
dan upaya memperbaiki kegiatan. Mengawasi adalah suatu mekanisme kegiatan untuk
memelihara agar pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai sesuai dengan
rencana. Selanjutnya dikatakan bahwa pengawasan berkaitan dengan upaya
penyusunan standar, pengukuran hasil atas dasar standar yang telah disusun dan
penentuan upaya perbaikan pengawasan yang efektif memberikan manfaat penting
bagi organisasi seperti penyajian standar pencapaian tujuan, pengukuran yang
akurat, pengalokasian imbalan, penetapan sanksi dan pengumpulan serta
pengolahan bahan untuk perbaikan kegiatan.
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
5. Penataan
terhadap sumber daya pendidikan, seperti : kelapa sekolah, guru, tenaga
administrasi, peserta didik, kurikulum, pendanaan, sarana dan prasarana, tata
laksana dan lingkungan pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A
KESIMPULAN
Berkenaan dengan manajemen pendidikan,
Islam telah menggariskan bahwa hakikat amal perbuatan haruslah berorientasi
bagi pencapaian ridla Allah SWT. Bila perbuatan manusia memenuhi dua syarat itu
sekaligus, maka amal itu tergolong ahsan (ahsanul amal), yakni amal terbaik di
sisi Allah SWT. Dengan demikian, keberadaan manajemen organisasi dipandang pula
sebagai suatu sarana untuk memudahkan implementasi Islam dalam kegiatan
organisasi tersebut. Implementasi nilai-nilai Islam berwujud pada
difungsikannya Islam sebagai kaidah berpikir dan kaidah amal dalam seluruh
kegiatan organisasi. Nilai-nilai Islam inilah sesungguhnya nilai utama
organisasi yang menjadi payung strategis hingga taktis seluruh aktivitas
organisasi.
Sebagai kaidah berpikir, aqidah dan
syariah difungsikan sebagai asas atau landasan pola pikir dalam beraktivitas.
Sedangkan sebagai kaidah amal, syariah difungsikan sebagai tolok ukur kegiatan.
Tolok ukur syariah digunakan untuk membedakan aktivitas yang halal atau haram.
Hanya kegiatan yang halal saja yang dilakukan oleh seorang muslim, sementara
yang haram akan ditinggalkan semata-mata untuk menggapai keridloan Allah SWT.
B
SARAN
Dengan adanya makalah ini maka pemakalah
mengharapkan pembaca dapat memahami isi makalah ini dan mampu menerapkannya
dalam manajemen pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar