adopt your own virtual pet!

contact person

Rabu, 22 Oktober 2014

MANAJEMEN PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN
A     LATAR BELAKANG
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara penanggulangannya.
Suatu pendidikan dipandang bermutu-diukur dari kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional-adalah pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian. Untuk itu perlu dirancang suatu sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang menyenangkan, merangsang dan menantang peserta didik untuk mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya adalah salah satu prinsip pendidikan demokratis.
Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan uu pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.
Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas sumber daya manusia dan mutu pendidikan di indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan wajib belajar sembilan tahun sejatinya masih menjadi pr besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global.
B     RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian manajemen dan pendidikan secara umum?
2.    Bagaimana latar belakang manajemen pendidikan?
3.    Bagaimana paradigma manajemen pendidikan?
4.    Apa saja unsur-unsur manajemen pendidikan?

C     TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas, maka terdapat tujuan  sebagai berikut:
1.    Mengetahui pengertian manajemen dan pendidikan secara umum
2.    Mengetahui latar belakang manajemen pendidikan
3.    Mengetahui paradigma manajemen pendidikan
4.    Mengetahui unsur-unsur manajemen pendidikan










BAB II
PEMBAHASAN
A     PENGERTIAN MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN SECARA UMUM
1.    Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Manajemen merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu.Manajemen adalah suatu proses kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasi.
Inti dari manajemen adalah kerjasama minimal dilakukan oleh dua orang atau lebih. Semakin besar organisasi maka akan semakin rumit sifat kerja dari organisasi itu. Karena kerja minimal dilakukan oleh dua orang maka tentunya dua orang tersebut telah mempunyai tujuan (keinginan) yang hendak dicapai. Jika dua orang telah berkumpul dan mempunyai tujuan maka kumpulan dua orang atau lebih dinamakan dengan organisasi.Oleh karena itu tidak akan ada manajemen jika tidak ada organisasi. Manajemen berasal dari bahasa Inggris Management dan di Indonesiakan dengan menejemen, manajemen, managemen, menegement, menyiasati dan meramu, akan tetapi yang paling banyak dipakai adalah manajemen.Sedangkan yang dimaksud dengan organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih dan sarana serta prasarana yang diikat pada satu kesatuan untuk mencapi tujuan yang telah ditetapkan bersama. Adapun yang dimaksud dengan manajer adalah orang yang aktifitas utamanya menjadi bagian utama dari proses manajemen. Secara lebih khusus seorang manajer adalah seseorang yang melakukan atau melaksanakan semua fungsi manajemen yang diarahkan kepada pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen adalah ilmu pengetahuan maupun seni.Ada suatu pertumbuhan yang teratur mengenai manajemen-suatu ilmu pengetahuan-yang menjelaskan manajemen deangan pengacuan kepada kebenaran-kebenaran umum. Hubungan-hubungan sabab musabab antar “variable” dalam manajemen sudah ditentukan dan dan diungkapkan sebagai generalisasi takluk kepada penelitian selanjutnya dan disesuaikan dengan pengetahuan baru.
Seni adalah pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan.Ia adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan kemampuan manajemen. Seni manajemen menghendaki kreativitas,atas dasar dan dengan syarat suatu pengertian mengenal ilmu manajemen.Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dan seni manajemen merupakan keomplemennya masing-masing.
Jika yang satu meningkat, demikian pulalah harusnya yang lain, perlu ada satu keseimbangan antara keduanya.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a.     Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
b.    Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dengan seni.
c.     Manajemen merupakan proses yang sistematis,terkoordinasi, koperatif, dan terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya
d.    Manajemen baru dapat diterapkan jika ada dua orang atau lebih melakukan kerjasama dalam suatu organisasi.
e.     Manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja,tugas, dan tanggung jawab.
f.      Manajemen terdiri dari beberapa fungsi
g.     Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Pengertian Manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan atau seni memimpin orang dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang melibatkan dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
Pada dasarnya manajemen itu penting, sebab:
a.     Pekerjaan berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya.
b.    Perusahaan akan dapat berhasil baik,jika manajemen diterapkan dengan baik.
c.     Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki.
d.    Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan..
e.     Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan memanfaatkan 6M dalam proses manajemen tersebut.
f.      Manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan.
g.     Manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur
h.    Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan
i.       Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerja sama sekelompok orang.
2.    Pengertian pendidikan
Definisi pendidikan secara luas terbatas adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan dating. Pendidikan merupakan pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal,non formal dan informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.
3.    Pengertian Manajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal. Istilah lama yang sering digunakan adalah ‘administrasi’. Untuk memperjelas pengertian manajemen, tampaknya perlu ada penjelasan lain yang lebih bervariasi mengenai makna manajemen.
Manajemen Pendidikandalam kamus bahasa Belanda-Indonesia disebutkan bahwa istilah manajemen berasal dari “administratie” yang berarti tata-usaha. Dalam pengertian manajemen tersebut, administrasi menunjuk pada pekerjaan tulis-menulis di kantor. Pengertian inilah yang menyebabkan timbulnya contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang sudah disinggung, karena manajemen dibatasi lingkupnya sebagai pekerjaan tulis-menulis.
Pengertian lain dari “manajemen” berasal dari bahasa Inggris “administration” sebagai “the management of executive affairs”. Dengan batasan pengertian seperti ini maka manajemen disinonimkan dengan “management” suatu pengertian dalam lingkup yang lebih luas (Encyclopedia Americana, 1978, p. 171). Dalam pengertian Manajemen Pendidikan ini, manajemen bukan hanya pengaturan yang terkait dengan pekerjaan tulis-menulis, tetapi pengaturan dalam arti luas.
Manajemen pendidikan untuk saat ini merupakan hal yang perlu diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilakan keluaran yang diinginkan.
Menurut Dale yang mengutip beberapa pendapat ahli tentang pengertian manajemen, merincikan bahwa manajemen berarti:
a.     Mengelola orang-orang
b.    Pengambilan keputusan
c.     Proses pengorganisasian dan memakai sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang ditentukan
d.    Pendapat pertama merupakan penanganan terhadap para anggota organisasi, sedangkan pendapat kedua dan ketiga mencakup para anggotanya dan materi.
Dari pengertian di atas ,manajemen pendidikan merupakan suatu proses untuk mengkoordinasi berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, dsb untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan.
Pengertian Manajemen Pendidikan; Manajemen adalah seni atau ilmu mengelola sumber daya manusia (pendidik) untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
B     LATAR BELAKANG MANAJEMEN PENDIDIKAN
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen.Beberapa orang melihatnya (dengan definisi) sebagai konseptualisasi modern yang terlambat (dalam hal modernitas yang terlambat).dalam istilah tersebut manajemen tidak memiliki sejarah pra-modern, hanya merupakan pertanda. Beberapa orang lainnya, mendeteksi aktivitas mirip-manajemen di masa pra-modern akhir.beberapa penulis melacak perkembangan pemikiran manajemen pada pedagang-pedangan Sumeria dan pembangun piramid Mesir. Para pemilik budak selama berabad-abad menghadapi permasalahan eksploitasi/memotivasi budak yang bergantung namun terkadang suka melawan (memaksa otoritas), namun banyak perusahaan pra-industri, dengan skala mereka yang kecil, tidak merasa terdorong ungtuk menghadapi permasalahan manajemen secara sistematis.namun, inovasi seperti penyebaran sistem angka Hindu-Arab (abad ke-5 hingga ke15) dan kodifikasi kesekretariatan entri-ganda (1494) menyediakan perangkat untuk penilaian, perencanaan dan kendali manajemen.
1.    Teori Manajemen Kuno
Sampai dengan tingkat tertentu, manajemen telah dipraktekkan oleh masyarakat kuno.Sebagai contoh, bangsa Mesir bisa membuat piramida.Bangunan yang cukup kompleks yang hanya bisa diselesaikan dengan koordinasi yang baik.Kekaisaran Romawi mengembangkan struktur organisasi yang jelas, dan sangat membantu komunikasi dan pengendalian.
Meskipun manajemen telah dipraktekkan dan dibicarakan di jaman kuno, tetapi kejadian semacam itu relatif sporadis, dan tidak ada upaya yang sistematis untuk mempelajari manajemen.Karena itu manajemen selama beberapa abad kemudian “terlupakan”.
Pada akhir abad 19-an, perkembangan baru membutuhkan studi manajemen yang lebih serius.Pada waktu industrialisasi berkembang pesat, dan perusahaan-perusahaan berkembang menjadi perusahaan raksasa.
2.    Manajemen di Era moderen
Era moderen ditandai dgn hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality management) di abad ke-20 yg diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yg paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sbg Bapak Kontrol Kualitas di Jepang.Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya.Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dgn mengajukan teori 5 langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dpt ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, & pemanfaatan yg lbh baik atas waktu & material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan kualitas & harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dpt bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana ukt meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
3.    Teori Manajemen Organisasi
a.     Henry Fayol (1841-1925)
Henry Fayol merupakan industrialis Prancis, ia sering disebut sebagai bapak aliran manajemen klasik karena upaya “mensistematisir” studi manajerial. Menurut Fayol, praktek manajemen dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan dianalisis. Dan selanjutnya analisis tersebut dapat dipelajari oleh manajer lain atau calon manajer.
Fayol adalah orang yang pertama mengelompokkan kegiatan menajerial dalam 4 fungsi manajemen, yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengarahan, dan (4) Pengendalian. Fayol percaya bahwa manajer bukan dilahirkan tetapi diajarkan.Manajemen bisa dipelajari dan dipraktekkan secara efektif apabila prinsip-prinsip dasarnya dipahami.
b.    Max Weber (1864-1920)
Max Weber adalah seorang ahli sosiologi Jerman yang mengembangkan teori birokrasi. Menurutnya, suatu organisasi yang terdiri dari ribuan anggota membutuhkan aturan jelas untuk anggota organisasi tersebut.Organisasi yang ideal adalah birokrasi dimana aktivitas dan tujuan diturunkan secara rasional dan pembagian kerja disebut dengan jelas.Birokrasi didasarkan pada aturan yang rasional yang dapat dipakai untuk mendesain struktur organisasi yang jelas.
Konsep birokrasi Weber berlainan dengan pengertian birokrasi populer, dimana orang cnderung mengartikan kata birokrasi dengan konotasi negatif, yaitu organisasi yang lamban, tidak reponsif terhadap perubahan.
c.     Mary Parker Follet (1868-1933)
Mary Parker Follet agak berbeda sedikit dengan pendahulunya karena memasukkan elemen manusia dan struktur organisasi kedalam analisisnya. Elemen tersebut kemudian muncul dalam teori perilaku dan hubungan manusia. Follet percaya bahwa seseorang akan menjadi manusia sepenuhnya apabila manusia menjadi anggota suatu kelompok. Konsekuensinya, Follet percaya bahwa manajemen dan pekerja mempunyai kepentingan yang sama, karena menjadi anggota organisasi yang sama. 
d.    Chester I Barnard (1886-1961)
Bernard mengembangkan teori organisasi, menurutnya orang yang datang keorganisasi formal (seperti perusahaan) karena ingin mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai sendiri. Pada waktu mereka berusaha mencapai tujuan organisasi, mereka juga akan berusaha mencapai tujuannya sendiri. Organisasi bisa berjalan dengan efektif apabila keseimbangan tujuan organisasi dengan tujuan anggotanya dapat terjaga. Bernard percaya bahwa keseimbangan antara tujuan organisasi dengan individu dapat dijaga apabila manajer mengerti konsep wilayah penerimaan (zone of acceptance), dimana pekerja akan menerima instruksi atasannya tanpa mempertanyakan otoritas manajemen.
4.    Teori Manajemen Kontemporer
Ada beberapa perkembangan yang cenderung mengintegrasikan pendekatan-pendekatan sebelumnya, menjadikan batas-batas pendekatan yang telah dibicarakan
menjadi tidak jelas. Namun demikian ada pendekatan yang tetap berakar pada pendekatan-pendekatan tertentu.
C     PARADIGMA MANAJEMEN PENDIDIKAN
Pada era reformasi, masyarakat Indonesia menginginkan perubahan dalam semua aspek kehidupan bangsa.  Pembaharuan pada sektor pendidikan yang memiliki peran strategis dan fungsional (Hujair AH.Sanaky,2003:3 dalam Sudarmiani,2009:13), juga memerlukan paradigma baru yang harus menekankan pada perubahan cara berpikir dalam pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan. Pendidikan yang telah berjalan selama ini tidak bisa menjadi penggerak pembangunan di Indonesia, malahan pendidikan telah menghambat pembangunan ekonomi dan teknologi, buktinya adalah dengan adanya kesenjangan sosial, budaya, dan ekonomi. Berbagai masalah yang timbul tersebut diakibatkan oleh semakin lemahnya pendidikan nasional. Pembaharuan pendidikan nasional yang telah mendasar dan menyeluruh harus dimulai dari mencari penjelasan baru atas paradigma dan peran pendidikan dalam pembangunan (zamroni,2000:5-6 dalam Sudarmiani,2009:13).
Paradigma tersebut harus berimplikasi pada perubahan perspektif dalam pembangunan pendidikan, mulai dari perspektif yang menganggap pendidikan sebagai sektor pelayanan umum ke perspektif pendidikan sebagai suatu investasi produk yang mampu mendorong pertumbuhan masyarakat di berbagai bidang kehidupan. Pendidikan sebagai faktor yang dipengaruhi oleh berbagai permasalahan yang terjadi dalam berbagai kehidupan.
Melalui paradigma baru tersebut, dimaksudkan pendidikan harus mampu melawan berbagai tantangan dan permasalahan yang terjadi dalam lingkungan kehidupan. Pendidikan dan kehidupan telah menyatu, maka pendidikan dapat dikatakan sebagai proses memanusiakan manusia.
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk melakukan rekonstruksi pendidikan dalam rangka membangun paradigma baru sistem pendidikan nasional :
1.    Pendidikan nasional hendaknya memiliki visi yang berorientasi pada demokratisasi bangsa.
2.    Pendidikan nasional hendaknya memiliki misi agar tercipta partisipasi masyarakat secara menyeluruh.Pendidikan tidak hanya terfokus dalam penyiapan tenaga kerja, tapi untuk memperkuat kemampuan dasar pembelajar sehingga memungkinkan baginya untuk berkembang lebih jauhdalam konteks kehidupan global.
3.    Substansi pendidikan dasar hendaknya mengacu pada perkembangan potensi dan kreativitas pembelajar. Pendidikan mengengah dan tinggi hendaknya diarahkan pada membuka kemungkinan pengembangan kepribadian secara vertikal (keilmuan) dan horisontal (keterkaitan antar bidang keilmuan).
4.    Pendidikan dasar dan menengah perlu mengembangkan sistem pembelajaran yang egaliter dan demokratis agar tidak terjadi pengelompokan kelas atas dasar kemampuan akademik.
5.    Pendidikan tinggi harus mempersiapkan dan memperkuat kemampuan dasar mahasiswa untuk memungkinkan mereka berkembang baik secara individu, anggota msyarakat, maupun sebagai warga negara dalam konteks global.
6.    Kebijakan kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, harus memperhatikan tahap perkembangan pembelajar dan kesesuaian dengan lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, seni serta sesuai dengan jenjang masing-masing  satuan pendidikan dengan mengembangkan proses pembelajaran kreatif.
7.    Perlu mengaktualisasikan enam unsur kapasitas belajar, yaitu:
a.     Kepercayaan (confidence)
b.    Keingintahuan (curioucity)
c.     Sadar tujuan (intensionality)
d.    Kendali diri (self control)
e.     Mampu bekerja sama (work together)
f.      Kemampuan bergaul secara harmonis dan saling pengertian (relatedness)
(Ibrahim Musa: from: http://202.159.18.43/jp/22ibrahim.htm dalam Sudarmiani; 2009,15)
8.    Untuk menjaga relevansi outcome pendidikan, dengan mengimplementasikan filsafat rekonstruksivisme dalam berbagai tingkat kebijakan dan praktisi pendidikan.
9.    Pendidikan nasional hendaknya mendapatkan proporsi alokasi dana yang cukup memadai.Realisasi pendidikan dalam konteks lokal diperlukan badan-badan pembantu dalam dunia pendidikan. Misalnya saja ‘Dewan Sekolah’ yang memiliki peran untuk memberi masukan-masukan dalam berbagai aspek. Menetapkan model rekruitmen pejabat pendidikan secara profesional. Kompetensi dan sertifikasi guru dan dosen juga harus dilakukan dengan profesional. Pemerintah harus membentuk badan ‘independen’ profesi guru dan dosen yang anggotanya terdiri dari tenaga kependidikan profesional, terpercaya, dan bertanggung  jawab yang akan menilai kompetensi profesional, keilmuan, personal dan sosial dari guru dan dosen.
Paradigmanya adalah manajemen pendidikan harus sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Maka dinyatakan School Based Manajement (SBM) sebagai alternatif paradigma baru, dengan pendekatan akar rumput (grass root approach).
1.    Perubahan Paradigma Manajemen Pendidikan
Undang-undang tentang Otonomi Daerah memberikan kewenangan kepada daerah termasuk kewenangan dalam pengelolaan pendidikan di sekolah. Berdasarkan hal tersebut maka manjeman pendidikan perlu melakukan revitalisasi dan penyesuaian dari manajemen paradigma lama yang bersifat sentralistik menuju manajemen pendidikan paradigma baru yang lebih bersifat demokratis dan desentralistik.
Teknologi informasi telah mengubah paradigma baru pendidikan berbasis teknologi informasi. Perubahan ini meliputi dua konteks yaitu konteks pengajaran dan konteks manajemen pendidikannya.
Karakteristik pengajaran berbasis teknologi informasi :
No
Aspek model pembelajaran yang berubah
Lama
Baru
1
Instruksi
Guru
Siswa
2
Stimulasi
Single-sense
Multisensory
3
Pengembangan
Single path
Multi path
4
Media
Single
Multi
5

Isolasi
Kolaborasi
6
Informasi
Sepihak
Pertukaran
7
Proses belajar
Pasif
Aktif
8
Pola pikir
Bersifat faktual
Berfikir kritis
9
Tujuan
Pengetahuan
Pengambilan keputusan
10
Respon
Reaktif
Proaktif dan tindakan terencana
11
Konteks
Artificial
Dunia nyata
         
Perubahan dalam Aspek Manajemen Penddidikan

No
Lama
Baru
1
Belajar sekali seumur hidup
Belajar seumur hidup
2
Menara gading
Pasar yang kompetitif
3
Sekolah single mode
Sekolah multi mode
4
Sekolah berlingkup melebar
Sekolah dengan profil khas/spesifik
5
Sekolah isolatif
Sekolah kooperatif
6
Broad basic studies
Just in time basic studies
7
Lulusan berorientasi kurikulum
Sertifikasi ilmu pengetahuan
8
Pembelajaran berorientasi cermin
Learning on demand
9
Kurikulum linear
Ruang pembelajaran

Upaya untuk menyikapi perubahan paradigma :
a.     Konten dan kurikulum harus berbasis pada penciptaan kompetensi siswa
b.    Proses pembelajaran harus berorientasi pada pemecahan riil dalam kehidupan
c.     Teknologi informasi harus dioptimalkan guna menciptakan jejaring pendidikan antar sekolah atau lembaga pendidikan lainnya
d.    Individu yang terlibat dalam proses pendidikan harus memiliki kemampuan multidimensi agar bisa mengoptimalkan multi-intelejensi peserta didik
e.     Manajemen sekolah harus terpadu secara administrasi maupun akademis
f.      Kebijakan keuangan harus bersifat otonom dengan memanfaatkan kemampuan potensi lokal
Manajemen paradigma lama : tugas dan fungsi sekolah terbatas hanya melaksanakan program, tanpa ada inisiatif untuk merumuskan program dan melaksanakan sendiri tugas-tugas pendidikan di sekolahnya.
Manajemen paradigma baru : sekolah memiliki wewenang dalam lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara bersama dan peran masyarakat makin besar. Sekolah dituntut untuk lebih profesional dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kegiatan-kegiatan sekolah liannya, karena tidak perlu menunggu perintah dari lembaga diatasnya. Pada paradigma baru ini sekolah juga lebih mengutamakan kebersamaan dan sumber daya, informasi lebih terbuka, serta struktur organisasinya berubah menjadi horisontal, sehingga lebih efisien.
Paradigma baru manajemen pendidikan pada era otonomi daerah lebih mendorong pada kemandirian sekolah. Karakteristik sekolah yang mandiri :
a.     Tingkat kemandirian  tinggi, tingkat ketergantungan rendah
b.    Bersifat adaptif, antisipatif, dan proaktif
c.     Jiwa kewirausahaan tinggi
d.    Bertanggungjawab terhadap kinerja sekolah
e.     Melakukan pengawasan ketat terhadap manajemen dan sumber daya sekolah
f.      Melakukan pengawasan kerja
g.     Berkomitmen tinggi
h.    Motivasi prestasi tinggi
Yang dapat memberdayakan warga sekolah pada era otonomi daerah antara lain :
a.     Pemberian kewenangan dan tanggung jawab
b.    Pekerjaan yang bermakna
c.     Kebersamaan dalam memecahkan persoalan sekolah
d.    Pemberian kepercayaan dan penghargaan untuk seluruh warga sekolah
e.     Adanya variasi tugas
2.    Paradigma MSB dalam Manajemen Pendidikan
Karakter MBS adalah mengenai proses manajemen pendidikan yang meliputi masukan (input), proses (process), hasil/lulusan (output) dan outcomes.
Biasanya sekolah yang mandiri dan efektif memiliki proses pendidikan sebagai berikut:
a.     Efektifitas proses belajar mengajarnya tinggi. Proses belajar mengajar pada paradigma baru manajemen pendidikan lebih menekankan pada kemampuan untuk bekerja, cerdas hidup bersama dan belajar menjadi diri sendiri.
b.    Gaya kepemimpinan yang tangguh. Kepala sekolah sebagai manajer dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh dan kuat agar mampu mengambil keputusan yang mengunutngkan semua pihak serta selalu memiliki prakarsa untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolahnya sesuia visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah yang telah ditetapkan
c.     Lingkungan sekolah yang aman dan nyaman. Sekolah yang ideal selalu menciptakan iklim sekolah dan lingkungan yang aman dan nyaman serta bersih dan sehat demi berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
d.    Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif dan profesional. Sejak awal pola perekrutan dan pengelolaan tenaga kependidikan harus memenuhi standar, artinya menguasai bidang keahlian kependidikan secara profesional. Implementasi MBS menuntut dukungan tenaga kependidikan yang terampil dan berkualitas agar dapat membangkitkan mtivasi kerja yang lebih produktif
e.     Sekolah memiliki budaya mutu. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka sekolah harus memiliki budaya mutu sbb:
1)   Mengakses dan memiliki informasi yang berkwalitas demi perbaikan dan pengembangan mutu sekolah
2)   Mampu melaksanakan kewenangan sesuia tugas dan tanggung jawabnya
3)   Hasil atau output pendidikan diikuti rewards dan punishment
4)   Melakukan sinergi dan kolaborasi dengan masyarakat dan instansi terkait dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan
5)   Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan tetap berpegang pada nilai-nilai kepribadian bangsa
6)   Adanya rewards atau intensive yang proporsional dengan nilai pekerjaan
7)   Warga sekolah merasa memiliki sekolah, sehingga ada rasa tanggung jawab terhadap organisasi sekolahnya (termsuk alumni)
8)   Menumbuhkan daya saing yang sehat
9)   Kebersamaan yang mencerminkan persatuan dan kesatuan sekolah
Budaya koordinasi dan kerjasama baik antar individu maupun antar fungsi dalam sekolah harus dibiasakan dalam organisasi sekolah, sehingga rasa kebersamaan dalam persatuan dan kesatuan antar warga sekolah tetap terhaga
f.      Otonomi daerah. Seiring dengan adanya Otonomi daerah, maka sekolah memiliki kewenangan dan keleluasaan untuk mengelola sekolahnya sebaik mungkin secara mandiri.
g.     Katerlibatan warga sekolah dan masyarakat. MBS memberika kesempatan yang luas kepada warga sekolah dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan demi kemajuan sekolah.
h.    Open manajement (manajemen terbuka). Pengelolaan kegiatan sekolah yang menyangkut fungsi-fungsi manajemen dan penggunaan sumber daya sekolah, khsusnya penggunaan keuangan harus bersifat transaparan dan selalu melibatkan pihak-pihak terkait.
i.       Adanya kemauan untik berubah. Warga sekolah harus menyadari bahwa dunia ini tidak ada yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri, sebab susuatu yang telah berubah, suatu saat akan berubah lagi, demikian seterusnya.
j.       Sekolah harus peka terhadap kebutuhan. Sekolah harus mampu menyusun kebutuhan pendidikan sesuai dengan skala prioritas sekolah agar tidak ketinggalan jaman. Fasilitas sekolah dan profesionalisme guru harus ditingkatkan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.
k.    Melakukan evaluasi dan perbaikan diri. Baik gru dan siswa harus melakukan evaluasi sesuai dengan tugasnya masing-masing. Hasil evaluasi baik guru maupun siswa adalah sebagai bahan untuk melakukan perbaikan dan pembinaan kinerja masing-masing.
l.       Organisasi dan akuntabilitas yang sehat. Organisasi yang dikelola secra profesional dan akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap penyelenggaraan program sekolah sebagai bagian dari pelaksanaan MBS.
D     UNSUR-UNSUR DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN
1.    Kegiatan Perencanaan
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin.
2.    Pengorganisasian
Pengorganisasian (organizing). Menurut George R. Terry (1986: 73) merupakan kegiatan dasar dari manajemen, dilaksanakan untuk dan mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.
Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
3.    Penggerakan
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry (1986: 17) mengemukakan bahwa actuating disebut juga gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
4.    Pengawasan dan evaluasi
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Menurut Schermerhorn, Hunt dan Osborn (dalam Sudjana, 2000: 229) bahwa pengawasan adalah upaya memantau penampilan para pelaksana program dan upaya memperbaiki kegiatan. Mengawasi adalah suatu mekanisme kegiatan untuk memelihara agar pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai sesuai dengan rencana. Selanjutnya dikatakan bahwa pengawasan berkaitan dengan upaya penyusunan standar, pengukuran hasil atas dasar standar yang telah disusun dan penentuan upaya perbaikan pengawasan yang efektif memberikan manfaat penting bagi organisasi seperti penyajian standar pencapaian tujuan, pengukuran yang akurat, pengalokasian imbalan, penetapan sanksi dan pengumpulan serta pengolahan bahan untuk perbaikan kegiatan.
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya
.
5.    Penataan terhadap sumber daya pendidikan, seperti : kelapa sekolah, guru, tenaga administrasi, peserta didik, kurikulum, pendanaan, sarana dan prasarana, tata laksana dan lingkungan pendidikan.














BAB III
PENUTUP
A     KESIMPULAN
Berkenaan dengan manajemen pendidikan, Islam telah menggariskan bahwa hakikat amal perbuatan haruslah berorientasi bagi pencapaian ridla Allah SWT. Bila perbuatan manusia memenuhi dua syarat itu sekaligus, maka amal itu tergolong ahsan (ahsanul amal), yakni amal terbaik di sisi Allah SWT. Dengan demikian, keberadaan manajemen organisasi dipandang pula sebagai suatu sarana untuk memudahkan implementasi Islam dalam kegiatan organisasi tersebut. Implementasi nilai-nilai Islam berwujud pada difungsikannya Islam sebagai kaidah berpikir dan kaidah amal dalam seluruh kegiatan organisasi. Nilai-nilai Islam inilah sesungguhnya nilai utama organisasi yang menjadi payung strategis hingga taktis seluruh aktivitas organisasi.
Sebagai kaidah berpikir, aqidah dan syariah difungsikan sebagai asas atau landasan pola pikir dalam beraktivitas. Sedangkan sebagai kaidah amal, syariah difungsikan sebagai tolok ukur kegiatan. Tolok ukur syariah digunakan untuk membedakan aktivitas yang halal atau haram. Hanya kegiatan yang halal saja yang dilakukan oleh seorang muslim, sementara yang haram akan ditinggalkan semata-mata untuk menggapai keridloan Allah SWT.
B     SARAN
Dengan adanya makalah ini maka pemakalah mengharapkan pembaca dapat memahami isi makalah ini dan mampu menerapkannya dalam manajemen pendidikan.









DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar