adopt your own virtual pet!

contact person

Sabtu, 25 Oktober 2014

teori pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia saat ini belum memenuhi target dan belum sesuai kurikulum yang telah ditentukan. Pendidikan dianggapnya tidak penting, banyak juga orang yang menganggap pendidikan itu sebuah hal yang tidak mesti dimiliki setiap orang. Kini pemerintah menganjurkan dan bahkan mewajibkan untuk wajib belajar dan menempuh pendidikan untuk memperbaiki dan mengubah pembangunan bangsa yang lebih baik.
Dalam suatu pembelajarannya, memerlukan sebuah pendukung sebuah teori dan belajar, tujuannya untuk menguatkan proses pembelajaran dimana supaya proses belajar mengajar tidak keluar dari sebuah teori-teori yang sudah ada, dan agar tidak salah kaprah dalam pemberian materi atau metode-metode pendidikan. Maka dari itu, saya akan mengupas teori-teori pendidikan secara umum, hakikat sifat dasar manusia, hakikat ilmu dan tugas akal manusia, tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode pendidikan, teori pendidikan menurut John Dewey, Jean Piaget, Lev Vygotsky, Maria Montessori, Ausubel, Erik Erikson dan Jerome S. Brumer. Dengan demikian kita semua dapat mempelajari dan memahaminya.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana teori pendidikan secara umum?
2.      Apa yang dimaksud dengan hakikat sifat dasar manusia?
3.      Apa yang dimaksud dengan hakikat ikmu dan tugas akal manusia?
4.      Apa saja tujuan-tujuan pendidikan?
5.      Apa saja materi-materi pendidikan?
6.      Apa saja metode-metode pendidikan?
7.      Bagaimana teori pendidikan menurut John Dewey?
8.      Bagaimana teori pendidikan menurut Jean Piaget?
9.      Bagaimana teori pendidikan menurut Lev Vygotsky?
10.  Bagaimana teori pendidikan menurut Maria Montessori dan Ausubel?
11.  Bagaimana teori pendidikan menurut Erik Erikson dan Jerome S.Brumer?
C.    Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka terdapat tujuan masalah sebagai berikut:
1.      Memahami teori pendidikan secara umum.
2.      Mengetahui hakikat sifat dasar manusia.
3.      Mengetahui hakikat ilmu dan tugas akal manusia.
4.      Memahami dan menerapkan tujuan-tujuan pendidikan.
5.      Memahami dan menerapkan materi-materi pendidikan.
6.      Memahami dan menerapkan metode-metode pendidikan.
7.      Menjadikan teori pendidikan menurut John Dewey sebagai panduan.
8.      Menjadikan teori pendidikan menurut Jean Piaget sebagai panduan.
9.      Menjadikan teori pendidikan menurut Lev Vygotsky sebagai panduan.
10.  Menjadikan teori pendidikan menurut Maria Montessori dan Ausubel sebagai panduan.
11.  Menjadikan teori pendidikan menurut Erik Erikson dan Jerome S. Brumer sebagai panduan.









BAB II
TEORI PENDIDIKAN SECARA UMUM

A.    Pengertian Teori
Teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk membantu menjelaskan suatu. Ia merupakan penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita pahami dan kita jelaskan. Teori akan membantu kita memahami suatu gejala dan membedakan diri dengan penjelasan yang lain.
B.     Teori  Pendidikan Secara Umum
Pendidikan secara umum ialah setiap sesuatu yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan jasmani seseorang, akalnya dan akhlaknya sejak dilahirkan hingga dia mati. Pendidikan dengan pengertian ini meliputi semua sarana, baik disengaja seperti pendidikan dilingkungan keluarga (rumah), dan pendidikan sekolah, atau yang tidak disengaja seperti pendidikan yang datang kebetulan dari pengaruh lingkungan sosial kemasyarakatan dalam pergaulan kesehatan atau yang bersifat alamiah dan lain-lain. Pendidikan dalam pengertian ini, sama dengan pengertian bahwa kehidupan itu sendiri atau dalam artian sesungguhnya bahwa segala bentuk hubungan manusia baik di lingkungan keluarga, lingkungan alam dalam kehidupan ini dianggap sebagai sebuah proses pembelajaran dengan anggapan bahwa dimulai dari buaian atau sejak terlahir sampai keliang lahat.
Sedangkan pengertian pendidikan secara khusus ialah semua media yang dijadikan dan dipergunakan untuk mengembangkan jasmani anak, akalnya dan untuk pembinaan akhlaknya (akhlakul kharimah), dan hanya meliputi sarana khusus yang mungkin disusun suatu sistem bagiannya; ini terbatas pada pendidikan rumah tangga dan sekolah.







BAB III
HAKIKAT SIFAT DASAR MANUSIA

A.   Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara yang lainnya karena kita dikaruniai akal, pikiran dan perasaan oleh Tuhan. Maka akan selalu memilih yang terbaik diantara yang dapat diambil.
Hakikat manusia terdiri atas aspek – aspek, sebagai berikut:
1.      Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
Manusia berkedudukan sebagai makhluk tuhan YME maka dalam pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sebdiri adanya fenomena kemakhlukan (M.I. Soelaeman, 1998). Fenomena kemakhlukkan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada tuhannya. Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia mengakui keterbatasan dan ketidakberdayaannya dibanding tuhannya Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat Abadi, manusia merasakan kasih sayang TuhanNya, namun ia pun tahu pedih siksaNya. Semua melahirkan rasa cemas dan takut pada diri manusia terhadap tuhannya. Tetapi dibalik itu diiringi pula dengan rasa kagum, rasa hormat, dan rasa segan karena TuhanNya begitu luhur dan suci. Semua itu menggugah kesedian manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan Maha Kasih SayangNya Sang Pencipta maka kepadaNya-lah manusia berharap dan berdoa. Dengan demikian, dibalik adanya rasa cemas dan takut itu muncul pula adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam hidupnya.
2.   Manusia Sebagai Makhluk Individu
Sebagaimana Anda alami bahwa manusia menyadari keberadaan dirinya sendiri. Kesadaran manusian akan dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas manusia. Manusia sebagai individu atau pribadi merupakan kenyataan yang paling riil dalam kesadaran manusia. Sebagai individu, manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan manusia lainnya sehingga bersifat unik, dan merupakan subjek yang otonom.
Setiap manusia mempunya dunianya sendiri, tujuan hidupnya sendiri. Masing-masing secara sadar berupaya menunjukkan eksistensinya, ingin menjadi dirinya sendiri atau bebas bercita – cita untuk menjadi seseorang tertentudan masing – masing mampu menyatakan “inilah aku” ditengah segala yang ada. Setiap manusia mampu mengambil distansi, menempati posisi, berhadapan, menghadapi, memasuki, memikirkan, bebas mengambil sikap, dan bebas mengambil tindakan atas tanggung jawabnya sendiri atau otonom. Karena itu, manusia adalah subjek dan tidak sebagai objek.
3.   Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Setiap manusia adalah pribadi (individu) dan adanya hubungan pengaruh timbal balik antara individu dengan sesamanya maka idiealnya situasi hubungan antara individu dengan sesamanya itu tidak merupakan hubungan anatara subjek dengan objek, melainkan subjek dengan subjek.
4.   Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya
Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Kodrat dinamika pada diri manusia mengimplikasiakn adanya perubahan dan pembaharuan kebudayaan. Hal ini tentu saja didukung pula oleh pengaruh kebudayaan masyarakat atau bangsa lain terhadap kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, mengingat adanya dampak positif dan negative dari kebudayaan terhadap manusia, masyarakat kadang-kadang terombang ambing diantara 2 relasi kecenderungan. Disatu pihak ada yang mau melestarikan bentuk lama (tradisi), sedang yang lain terdorong untuk menciptkan hal-hal yang baru (inovasi).
5.    Manusia Sebagai Makhluk Susila
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa manusia sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai potensi dan kemampuan untuk berpikir, berkehendak bebas, bertanggung jawab, serta punya potensi untuk berbuat baik. Karna itulah, eksistensi manusia memiliki aspek kesusilaan.
Sebagai makhluk yang otonom atau memiliki kebebasan, manusia selalu dihadapkan pada suatu alternative tindakan yang harus dipilihnya. Adapun kebebasan berbuat ini juga selalu berhubungan dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang juga harus dipilihnya. Karena manusia mempunyai kebebasan memilih dan menentukan perbuatannya secara otonom maka selalu ada penilaian moral atau tuntunan pertanggung jawaban atas perbuatannya.
6.     Manusia Sebagai Makhluk Beragama
Aspek keberagaman merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia  yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia manapun, baik dalam rentan waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rintang geografis dimana manusia berada. Keberagaman menyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama.
B.   Dimensi Hakikat Manusia
Dimensi dalam bahasa latinnya adalah dimensio merupakan ukuran. Manusia memiliki karakteristik yang membedakannya dengan hewan, manusia juga memiiki dimensi yang bersifat unik, potensial, dan dinamis.
Ada 4 (empat) macam dimensi manusia:
1. Dimensi Individual
    2. Dimensi Religius
3. Dimensi Kesosialan
    4. Dimensi Kesusilaan
    Pengembangan Dimensi Hakekat Manusia
1. Pengembangan yang Utuh
2. Pengembangan yang Tidak Utuh
C.   Jenis – Jenis Hakikat Manusia
Jenis – jenis hakikat manusia sebagai berikut:
1.      Kodrat adalah sesutau yang tidak bisa dirubah atau sifat pembawaan alamiah yang terjelma dalam diri manusia itu ketika diciptakan oleh tuhan.
2.      Harkat adalah nilai manusia sebagai mahluk tuhan yang di bekali cipta,rasa,karsa dan hak-hak serta kewajiban assasi manusia.
3.   Martabat adalah tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat
4.   Hak assasi adalah sesuatu atau sebuah anugrah yang diberikan oleh tuhan kepada
      umatnya dari kita lahir.
2.      kewajiban manusia terhadap Tuhan yang Maha Esa yaitu: a) menganut agama, b) beribadah kepada tuhan, c) menunaikan tugas yang di perintah oleh tuhan dan menjauhi larangannya.
3.      kewajiban manusia terhadap diri sendiri yaitu: a) menjaga diri sendiri baik fisik maupun mental, b) menjaga nama baik sendiri,  c) mengembangkan potensi yang ada pada diri kita sendiri.
4.      kewajiban manusia terhadap sesama mahluk hidup yaitu: a) saling membantu satu sama lain (siamotutiprateli), b) toleransi terhadap orang lain, c) saling menghargai satu sama lain, d) intinya kita semua saudara
5.      kewajiban manusia terhadap negara dan bangsa yaitu: a) membentuk karakter atau diri individu berdasarkan pancasila, b) kesadaran diri wajib bela negara atau bangsa, c) mengabdi kepada manusia sesuai propesi, d) mengikuti pendidikan kewarganegaraan.
D.   Karakteristik Manusia
Karakter manusia dapat di bedakan menjadi 4 karakteristik, yaitu
1.      Psikoanalisis,
Psikoanalisis merupakan suatu aliran psikologi dimana individu ini dipengaruhi oleh 3 subsistem yang mengarahkannya untuk bertindak, salah satu tokoh yang bernama siegmun freud menggambarkan tentang 3 subsistem tersebut yakni id, ego dan super ego. Id merupakan subsistem yang ada sejak manusia itu dilahirkan. Subsistem yang berikutnya adalah ego yakni subsistem yang menjembatani id, jadi ego ini menahan id agar tidak sampai melakukan hal-hal yang yang dirasa perlu dipikirkan lebih dahulu. Super ego yakni subsistem yang mengawasi dan mengontrol jalannya id dan ego sehingga tidak semata-mata seorang tersebut harus langsung melakukan tindakan-tindakan bawah alam sadar mereka. Tindakan tersebut dapat dikontrol dengan superego ini. Manusia pasti merasakan proses ketiga subsistem tersebut dari id ke ego dan sampai ke superego.
4.      Behavioristik,
Behavioristik merupakan aliran psikologi dimana seseorang dipengarhi oleh lingkungan, manusia dalam aliran ini dinamakan dengan homo mechanicus yaitu manusia mesin. Yakni manusia yang di gerakkan oleh mesin, dia mau bergerak ketika sudah diprogram dan di suruh untuk bergerak.
5.      Kognitif,
Kognitif yakni aliran psikologi dimana manusia tersebut masih menggunakan pikirannya untuk merenung dan berpikir kembali apa yang telah diterimanya, jadi individu tersebut tidak langsung melakukan respon namun di telaah terlebih dahulu dan di cari sebabnya mengapa bisa begitu. Kalau behavioristik jika individu itu di takut-takuti maka akan langsung takut berbeda dengan kognitif, dia akan mencari tahu kenapa hal tersebut perlu di takuti sehingga ibarat komputer setelah data itu masuk maka akan di proses dahulu sebelum data itu akan keluar sebagai output.
4.   Humanistic.
Humanistic merupakan aliran psikologi yang memanusiakan manusia maksudnya aliran ini meyakinkan manusia tersebut bahwa dalam dirinya itu terdapat potensi, kretivitas dan kemampuan sehingga individu tersebut dapat bertanggung jawab atas dirinya.
Tidak semua individu memiliki keempat kerakteristik tersebut, karena karakteristik tersbut sifatnya labil dan berubah-ubah tidak mungkin tetap, dimisalkan saja untuk hari ini bisa jadi individu tersebut humanistic dan hari kemarin bisa juga kognitif, jadi tidak bisa diklaim yang mana karakteristik orang tersebut Cuma dapat dibaca ketika individu tersebut bertindak.

BAB IV
HAKIKAT ILMU DAN TUGAS AKAL MANUSIA

A.    Hakikat Ilmu
1.      Jenis pengetahuan
Bertitik tolak dari pengetahuan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah pengetahuan. Maka dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Ada beberapa pengetahuan yang di miliki manusia, yaitu:
a.       Pengetahuan Biasa
b.      pengetahuan Ilmu
1)      pengetian
Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata “science” yang secara etimologis berasal dari kata latin “scire” yang artinya “Mengetahui”. Dalam pengertian sempit  science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya objektif.
Ilmu diperoleh dengan proses tertentu yang di sebut dengan metode ilmiah yang menggunakan nalar manusia. Nalar adalah proses berfikir manusia2. Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan pengetahuan biasa, suatu pengetahuan yang berasal dari kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan dengan sutu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
2)      sifat-sifat Ilmu
        Dalam hal ini, Randal(1942) mengemukakan beberapa ciri umum dari ilmu, diantaranya
a)        Hasil ilmu sifatnya akumulatif dan merupakan milik bersama.
b)        Hasil ilmu, kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi kekeliruan, karna yang menyelidiknya adalah manusia.
c)         Ilmu itu objektif,
2.      Kegunaan / Manfaat Ilmu
Ilmu dengan segala tujuan dan artinya, sampai batas-batas tertentu, telah banyak membantu manusia dalam mencapai tujuan hidup dan kehidupannya, yaitu kehidupan lebih baik.
Meskipun ilmu dan teknoilogi banyak mendatangkan manfaat bagi manusia, namun ada beberapa kekurangan, mungkin dianggap berbahaya, karena :
1.      Ilmu itu objektif,
2.      Manusia hidup dalam waktu yang panjang, jika ia terbenam dalam dunia fisik, maka akan hampa dari makna.
3.      Perkembangan Ilmu 
Perkembangan ilmu merupakan salah satu prestasi besar dari pikiran manusia. Kebudayaan kuno dengan pertanian dan seni industrinya yang primitive muncul dan berasal dari dekat lembah-lembah sungai yang besar seperti sungai nil, euprat, dan sungai kuning.
Lebih dari 2000 tahun sebelum masehi, orang-orang babilon mesir memiliki kerangka pengetahuan, termasuk di dalamnya tentang satuan pengukuran, seperti : panjang, berat, dan isi.
Pada akhir abad pertengahan  merupakan periode atau masa perkembangan kebudayaan. Orang-orang pada masa itu memandang penalaran deduktik dan wahyu sebagai sumber pengetahuan.
Pada abad ke-18, terlihat sudah ilmu pengetahuan alam yang secara  efektif tersusun berdasarkan pda ketentuan matematis. Banyak penemuan yang bersifat praktis, yang paling penting adalah di temukannya mesin uap.abad ke-19 menunjukkan pertumbuhan ilmu dan industri yang cepat.
4.      Prinsip Dasar Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Ada beberapa prinsip yang perlu dilaksanakan dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membangun bangsa. Prinsip-prinsip ini merupakan suatu pola dasar yang perlu kita pegang agar penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi benar-benar bermanfaat dan berfungsi optimal bagi pembangunan bangsa.
1.   Perlunya diselenggarakan pendidikan dan latihan di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan untuk keperluan pembangunan bangsa. Jadi, pendidikan dan pelatihan tersebut  benar-benar sesuai  dengan kepentingan dan kebutuhan pembangunan.
2.   Perlu dikembangkan suatu konsep yang jelas, nyata, serta yang dilaksanakan secara konsekuen tentang masyarakat yang ingin di bangun di masa depan, juga teknologi-teknologi yang di perlukan untuk mewujudkannya.
3.   Bangsa yang ingin maju/mengembangkan dirinya secara teknologis harus bertekad berusaha sendiri memecahkan masalah-masalahnya.
4.   Pada tahap permulaan transformasi, dirinya menjadi suatu bangsa berteknologi maju, setiap Negara harus melindungi perkembangan kemampuan nasionalnya di bidang teknologi hingga saat tercapainya kemampuan bersaing secara internasional.
5.      kekhilafan Pengetahuan
Dalam hal pengetahuan sesungguhnya kesalahan itu tidak tampak karena apa yang sempat menjadi pengetahuan seseorang maka isisnya adalah kebenaran. Namun hal ini perlu diperhatiakan apakah budi atau akal piker serta indra kita masih normal.
Dalam pengetahuan kekhilafan terjadi karena kesalahan  dalam pengambilan kesimpulan yang tidak runtut terhadap pengvalaman-pengalaman. Jadi dalam hal ini khilaf muncul karena adanya pranggapan atau pernyataan-pernyataan yang sudah dianggap benar.
B.     Tugas Akal Manusia
1.      Definisi Akal
Akal atau pikiran adalah kumpulan pikiran-pikiran sadar atau pengalaman-pengalaman kita, posisinya dibawah pimpinan kamauan. Akallah yang mengendalikan perbuatan-perbuatan kita, meskipun tidak menduduki tempat yang paling tinggi dalam diri manusia, namun akal mempunyai tugas yang penting sekali karena tanpa akal sadar kita tidak akan tahu keadaan hidup kita, dan bisa dikatakan kita serupa dengan orang yang tidur berjalan. 
2.      Komponen Akal
hal utama yang harus menjadi perhatian kita adalah mengenal komponen-komponen pembentuk dari pada akal, yang terdiri dari Fakta, Panca indera, otak manusia yang normal, dan informasi terdahulu. Keempat kompone  ini merupakan pra syarat  dalam upaya mendefenisikan akal, dan keharusan akan adanya informasi terdahulu terhadap fakta menjadi penentu terjadinya proses berfikir (amaliyah akal).
Dengan demikian maka tergambarkanlah bagi kita bahwa amaliyah dari pada akal adalah proses pencerapan atau penginderaan fakta kedalam otak melalui panca indera, bukan melalui refleksi materi kedalam otak ataupun sebaliknya sebagaimana anggapan dari para pemikir komunis. 
3.      Kesalahan Secara Umum Tentang Akal
asas daripada akal adalah sifat mengetahui dan bukannya sifat mengatur yang serba kebetulan, melainkan pengetahuan yang melekat pada otak berdasarkan sebab-sebab yang diakui kebenarannya. Jika diperbandingkan dengan ilmu pasti, maka kita bisa mengatakan demikian : Sebagaimana halnya dasar gedung ilmupasti itu adalah aksioma-aksioma atau dalil yang tidak terbuktikan, namun diterima oleh setiap orang, demikian pula dengan akal, akal itu juga berdasarkan aksioma-aksioma pengetahuan.. Pengetahuan ini sudah dimiliki sejak masih bayi, dan juga dimiliki oleh bangsa-bangsa yang bagaimanapun primitifnya, kenyataan ini memungkinkan kita untuk mulai menggunakan akal, dan sekali dimulai maka tidak akan sulit untuk menyempurnakannya. 
Sudah barang tentu, dalam kesadaran kita untuk menggunakan dan memperbaiki akal, kita harus mulai dengan yang paling sederhana. Manusia primitive mengambil batu dan menggunakannya sebagai palu, ia memperbaiki alat itu dan memberinya bentuk tertentu yang paling cocok menurut fungsi serta tujuannya, kemudian munculah palu dari tembaga dan baja dan dengan palu ini dibuatlah alat lainnya, sehingga lambat laun terciptalah pesawat yang rumit seperti yang sekarang ada. Demikian pula dengan cara akal membentuk dan membuat alat-alat rohani yang mendasari perbuatan-perbuatannya. Ia mulai dengan yang sederhana dan berakhir dengan yang sempurna. 



BAB V
TUJUAN-TUJUAN PENDIDIKAN

A.    Pengertian Tujuan
Tujuan Pendidikan Beragam Perspektif Terhadap PerundanganPendidikan Di Indonesia - Istilah “tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab dinyatakan dengan ghayat atau andaf atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah “tujuan” dinyatakan dengan goal atau purpose atau objective atau aim. Secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas. Makalah Tujuan Pendidikan Beragam Perspektif Terhadap PerundanganPendidikan Di Indonesia.
B.     Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan akan menentukan ke arah mana anak didik akan dibawa. Di samping itu pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia.  Tujuan pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu menurut Islam dan tujuan pendidikan secara umum.
1.      Tujuan Pendidikan Perspektif Islam
Tujuan pendidikan Islam adalah mendekatkan diri kita kepada Allah dan pendidikan Islam lebih mengutamakan akhlak. Secara lebih luas pendidikan Islam bertujuan untuk :
a.       Pembinaan akhlak
b.      Penguasaan ilmu
c.       Keterampilan bekerja dalam masyarakat
d.      Mengembangkan akal dan akhlak
e.       Pengajaran kebudayaan
f.        Pembentukan kepribadian
g.      Menghambakan diri kepada Allah
h.      Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat
Abu Ahmad mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam meliputi : tujuan tertinggi/terakhir, tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan sementara.
2.      Tujuan Tertinggi/ Terakhir
Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi atau terakhir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia dan peranannnya sebagai makhluk ciptaan Allah, yaitu :
a.       Menjadi hamba Allah
b.      Mengantarkan subyek didik menjadi khalifah fi al-Ardh, yang mampu memakmurkan bumi, melestarikannya, dan mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya.
c.       Untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup dunia dan akhirat
d.      Terciptanya manusia yang mempunyai wajah Qur’ani di segala aspek kehidupan.
Keempat tujuan tertinggi tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Tujuan tertinggi tersebut diyakini sebagai sesuatu yang ideal dan dapat memotivasi usaha pendidikan dan bahkan dapat menjadikan aktivitas pendidikan lebih bermakna.
3.      Tujuan Umum
Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik. Dikatakan umum karena belaku bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, dan menyangkut diri peserta didik secara total.
4.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum (pendidikan Islam). Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan di mana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada:
a.       Kultur dan cita-cita suatu bangsa
b.      Minat, bakat, dan kesanggupan subyek didik
c.       Tuntutan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu
5.      Tujuan Sementara
Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan. Karena itu, tujuan sementara bersifat kondisional, tergantung faktor di mana peserta didik itu tinggal atau hidup, yang penting orientasi dari pendidikan itu tidak keluar dari nilai-nilai ideal Islam.
Menurut Zakiah Daradjat, tujuan sementara itu merupakan tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pedidikan formal.
6.      Tujuan Pendidikan Perspektif Barat
Ada 4 konsep yang di pegang oleh prespektif barat. Mulai dari Sekuler, Liberal, Pragmatis, dan Materialis. Dari 4 konsep ini, dapat diartikan bahwa konsep pendidikan prespektif barat sangat berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
a.       Sekuler
b.      Liberal
c.       Pragmatis
d.      Materialis
C.    Kaitan Tujuan Pendidikan Beragam Perspektif Terhadap Perundangan Pendidikan di Indonesia
1.      Tujuan  Pendidikan menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1989
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional meneguhkan dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal tersebut termaktub dalam Bab II pasal 2 yang bunyi lengkapnya adalah ”Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”. Sedangkan tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Bab II pasal 4 yang berbunyi ”Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
2.      Sistem Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tetap mempertahankan dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal tersebut termaktub dalam Bab II pasal 2 yang bunyi lengkapnya adalah “Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Sedangkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Bab II pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.


BAB VI
MATERI-MATERI PENDIDIKAN

A.    Pengertian Materi Pelajaran
Materi Pelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa Materi Pelajaran (instructionalmaterials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Materi Pelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator .
1.      Jenis-Jenis Materi Pelajaran
Jenis-jenis Materi Pelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut. 
b.      Fakta
c.       Konsep
d.      Prinsip
e.       Prosedur
f.       Sikap atau Nilai
3.      Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi
Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan Materi Pelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).
a.       Relevansi
b.      Konsistensi artinya keajegan.
c.       Adequacy artinya kecukupan.
Adapun dalam pengembangan Materi Pelajaran guru harus mampu mengidentifikasi Materi Pelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:
a.       potensi peserta didik;
b.      relevansi dengan karakteristik daerah;
c.        tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
d.       kebermanfaatan bagi peserta didik;
e.       struktur keilmuan;
f.       aktualitas, kedalaman, dan keluasan Materi Pelajaran;
g.       relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
h.       alokasi waktu.
a.       Langkah-Langkah Penentuan Materi Pelajaran
                          i.      Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan Materi Pelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap  standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan apakah standar kompetensi  dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
1)      Ranah Kognitif
2)      Ranah Psikomotor
3)      Ranah Afektif
                        ii.      Identifikasi Jenis-jenis Materi Pelajaran
1.      Ranah Kognitif
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian Materi Pelajaran  dengan tingkatan aktivitas /ranah  pembelajarannya. Materi  yang sesuai untuk ranah kognitif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
a)      Identifikasi materi pokok pada kompetensi dasar
b)      Analisis struktur isi pada materi pokok
2.      Ranah Afektif
Materi Pelajaran yang sesuai untuk ranah afektif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah afektif meliputi rasa dan penghayatan, seperti pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian.
3.      Ranah Psikomotor
Materi Pelajaran yang sesuai untuk ranah psikomotor ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotor terdiri dari gerakan awal, semirutin, dan rutin.
b.      Penentuan cakupan Materi Pelajaran
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup Materi Pelajaran harus memperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotor,  karena ketika sudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka tiap-tiap jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.
Selain memperhatikan jenis materi juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan Materi Pelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya.
Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu Materi Pelajaran.
Kedalaman materi menyangkut rincian konsep-konsep yang terkandung di dalamnya yang harus dipelajari oleh peserta didik.
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga terjadi kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
c.       Urutan  Materi  Pembelajaran
Urutan penyajian berguna untuk menentukan urutan proses pembelajaran. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi  pembelajaran  mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. Misalnya,  materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Peserta didik akan mengalami kesulitan mempelajari pengurangan jika materi penjumlahan belum dipelajari. Peserta didik akan mengalami kesulitan melakukan pembagian jika materi perkalian belum dipelajari.
Materi Pelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural dan hierarkis.
                          i.      Pendekatan prosedural.
                        ii.      Pendekatan hierarkis
4.      Penentuan Sumber Belajar       
Berbagai sumber belajar dapat digunakan untuk mendukung  Materi Pelajaran  tertentu. Penentuan tersebut harus tetap mengacu pada setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Beberapa jenis sumber belajar antara lain:
a.       buku
b.      laporan hasil penelitian
c.       jurnal (penerbitan hasil penelitian  dan pemikiran ilmiah)
d.      majalah ilmiah
e.       kajian pakar bidang studi
f.       karya profesional
g.      buku kurikulum
h.      terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan
i.        situs-situs Internet
j.        multimedia (TV, Video, VCD, kaset audio, dsb)
k.      lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi)
l.        narasumber
Perlu diingat bahwa tidaklah tepat jika seorang guru hanya bergantung pada satu jenis sumber sebagai satu-satunya sumber belajar. Sumber Belajar adalah rujukan, artinya dari berbagai sumber belajar tersebut seorang guru harus melakukan analisis dan mengumpulkan materi yang sesuai untuk dikembangkan dalam bentuk bahan ajar. Di samping itu, kegiatan pembelajaran  bukanlah usaha mengkhatamkan (menyelesaikan) keseluruhan isi suatu buku, tetapi membantu peserta didik mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan sumber belajar maupun Bahan Ajar secara bervariasi, untuk pengembangan bahan ajar dapat berpedoman dengan panduan pengembangan bahan ajar yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA.
B.     Analisis Materi Pelajaran
Analisis Materi Pelajaran adalah kegiatan pemilihan materi esensial dari keselulruhan materi suatu pelajaran yang merupakan materi pelajaran minimal yang harus dikuasai dan dimiliki dalam proses pelajarannya. Materi pelajartan yang esensial itu mencakup tentang konsep kunci keilmuwan, tema-tema utama, dan nilai-nilai dasar yang memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut :
a.       Universal,
b.      Adaptf,
c.       Transferable,
d.      Aplikatif,
e.       Meaningful,
C.    Kaitan Tujuan Dengan Materi Pelajaran
Dalam konteks pendidikan, tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan. Artinya, tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga, dan sebagai arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Komponen ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Kalau diibaratkan, tujuan pembelajaran adalah jantungnya, dan suatu proses pembelajaran terjadi manakala terdapat tujuan yang harus dicapai.
Tujuan pembelajaran membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa.
D.    Kaitan Evaluasi Dengan Materi Pelajaran
Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik.
Kaitannya dengan materi pelajaran, dalam evaluasi pembelajaran itu terdapat evaluasi masukan pembelajaran menekankan pada evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan tutor, kurikulum dan Materi Pelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung.

BAB VII
METODE PENDIDIKAN

A.    Pengertian Metode pendidikan
Secara Bahasa metode berasal dari dua kata,meta dan hodos . Meta berarti melalui dan Hodos yaitu cara. Atau jalan. Secara istilah, Edgar Bruce Wesley mendefinisikan metode dalam bidang pendidikan sebagai  rentetan kegiatan terarah bagi guru  yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid atau jalan yang dengannya menjadi berkesan. Secara umum,metode pendidikan dapat diartikan sebagai  cara untuk mencapai tujuan pendidikan  sesuai kurikulum yang telah ditentukan.
B.     Fungsi Metode Pendidikan
Dalam menyampaikan materi pendidikan perlu diterapkan  metode yang disertakan pandangan dan persepsi  dalam menghadapi manusia sesuai dengan unsur penciptanya  yaitu jasmani,akal dan jiwa yang diarahkan menjadi orang sempurna  dengan memandang potensi setiap individu  setiap peserta didik, oleh karena itu  pendidik dituntut agar memahami aspek  psikologis dan karakter setiap individu.  Dari sini jelaslah bahwa metode sangat berfungsi  dalm menyampaikan materi pendidikan.
C.    Jenis-Jenis Metode Pendidikan  Internal dan Eksternal Materi
a.       Metode Internal materi
a.       Metode Deduktif  
b.      Metode Induktif
c.       Metode Diskusi
b.      Metode Eksternal Materi
a.       Metode Teladan
b.      Metode Cerita
c.       Metode Pembiasaan

BAB VIII
TEORI PENDIDIKAN MENURUT JOHN DEWEY

Menurut John Dewey, sekolah adalah lembaga penyelenggara pendidikan yang mempumyai maksud dan tujuan untuk membangkitkan sikap hidup demokratis dan untuk memperkembangkannya. Hal ini harus dilakukan dengan berpangkal pada pengalaman –pengalaman anak. Harus diakui bahwa tidak semua pengalaman berfaedah, oleh karena itu sekolah harus memberikan “bahan pelajaran” sebagai pengalaman-pengalaman yang bermanfaat bagi masa depan anak sekaligus juga anak dapat mengalaminya sendiri. Sehingga anak didik dapat menyelidiki, menyaring, dan pengatur pengalaman tadi.
Pandangan progresivisme mengenai konsep belajar bertumpu pada anak didik. Disini anak didik dipandang sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan, dibandingkan makhluk lain, yaitu akal dan kecerdasan. Dan dalam proses pendidikanlah peserta didik dibina untuk meningkatkan keduanya. Menurut progresivisme, proses pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis dan sosiologis. Dari segi sosiologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau daya-daya yang ada pada anak didik yang akan dikembangkan. Psikologinya seperti yang berpengaruh di Amerika, yaitu pikologi dari aliran behaviorisme dan pragmatisme. Dari segi sosiologis, pendidik harus mengetahui ke mana tenaga-tenaga itu harus dibimbing. John Dewey mengatakan bahwa tenaga-tenaga pendidikan itu harus diabdikan pada kehidupan sosial; jadi mempunyai tujuan sosial. Maka pendidikan adalah proses sosial dan sekolah adalah suatu lembaga sosial.

BAB IX
TEORI PENDIDIKAN MENURUT JEAN PIAGET

A.    Teori Pendidikan Menurut Jean Piaget
Teori pendidikan yang dikemukakan oleh Jean Piaget adalah teori pendidikan kognitivisme yaitu teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan. Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan. Teori kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimana orang-orang berpikir. Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.karena menurut teori ini bahwa belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks. Jadi, menurut teori kognitivisme pendidikan dihasilkan dari proses berpikir.
B.     Konsep dan Teori Jean Piaget
Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan Piaget, yaitu:
1.      Intelegensi
2.      Organisasi
3.      Skema
4.      Asimilasi
5.      Akomodasi
6.      Ekuilibrasi
Piaget mengidentifikasi 4 (empat) tahapan utama perkembangan kognitif yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasional konkrit dan operasional formal.
1.      Tahap Sensorimotor (lahir – 2 tahun)
Perkembangan kognitif bayi sampai kira-kira berusia 2 tahun pada umumnya mengandalkan observasi dari panca indera dan gerakan tubuh mereka. Satu tanda dari perkembangan ini adalah memahami objek tetap/permanen. Bayi berkembang dengan cara merespon kejadian dengan gerak refleks atau ’pola kesiapan’. Mereka belajar melihat diri mereka sebagai bagian dari objek yang ada di lingkungan.
2.      Tahap Pra-operasional (2 – 7 tahun)
Pra-operasional ditandai oleh adanya pemakaian kata-kata lebih awal dan memanipulasi simbol-simbol yang menggambarkan objek atau benda dan keterikatan atau hubungan di antara mereka. Pemikiran atau sifat anak yang aneh /ganjil menunjukkan fakta bahwa mereka pada umumnya tidak mampu menunjukkan operations (eksploitasi) atau jika mereka bisa menunjukkan operation maka keadaannya akan terbatas. Mental operations pada tahap ini sifatnya fleksibel dan dapat berubah. Tahap pra-operasional ini juga ditandai oleh beberapa hal, antara lain : egosentrisme, ketidakmatangan pikiran / ide / gagasan tentang sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan antara simbol dan objek yang mereka wakili, kemampuan untuk fokus pada satu dimensi pada satu waktu dan kebingungan tentang identitas orang dan objek.
3.      Tahap Concrete Operational (6 atau 7 th  – 12 tahun)
Pada tahap konkrit operasional, penambahan dan pengurangan dalam hitung-hitungan bukan merupakan aktivitas yang mudah. Konkrit operasional anak mengenal bahwa ada hubungan antara angka-angka dan bahwa operasi dapat dilaksanakan menurut aturan tertentu. Pada tahap ini anak menunjukkan permulaan dari kapasitas logika orang-orang dewasa. Mereka mengerti aturan dasar dari logika. Bagaimanapun juga, proses berfikir, atau operasi, pada umumnya melibatkan objek yang kelihatan (konkrit) daripada ide yang abstrak. Egosentrisme pada tahap ini sudah mulai berkurang. Kemampuan mereka untuk menggunakan peran dari orang lain dan melihat dunia, dan mereka sendiri, dari perspektif orang-orang lain sudah berkembang dengan pesat. Mereka mengenal bahwa orang melihat sesuatu dengan cara yang berbeda, karena perbedaan situasi dan perbedaan nilai. Mereka dapat fokus pada lebih dari satu dimensi pada beberapa waktu. Pada tahap ini juga sudah menunjukkan pemahaman akan hukum kekekalan (konservasi).
4.      Tahap Formal Operational ( 12 tahun ke atas)
Tingkat operasi formal merupakan tahapan terakhir dari skema Piaget, yang merupakan tingkatan dari kedewasaan kognitif.  Formal operational biasanya dimulai pada masa pubertas, sekitar umur 11 atau 12 tahun. Akan tetapi tidak semua anak memasuki tingkatan ini pada saat pubertas, dan beberapa orang tidak pernah mencapainya. Tugas utama pada tahap ini meliputi kemampuan klasifikasi, berpikir logis, dan kemampuan hipotetis. Ada beberapa feature yang memberi remaja kapasitas lebih besar untuk memanipulasi dan menghargai lingkungan luar dan dunia imajinasi yang mencakup pemikiran hipotetis, penyelesaian masalah yang sistematis, kemampuan untuk menggunakan simbol dan pemikiran deduksi. Remaja dapat memproyeksikan dirinya pada situasi yang melebihi pengalaman mereka saat itu, dan untuk alasan itu, mereka terbungkus dalam fantasi yang panjang.
C.    Implementasi Teori Piaget dalam Pendidikan.
Beberapa pemikiran piaget yang dapat diterapkan untuk mendidik anak:
1.        Gunakan pendekatan konstruktif
Anak-anak dapat belajar dengan baik jika mereka aktif dan mencari solusi secara mandiri. Dalam pembelajaran, siswa akan belajar dengan baik dengan melakukan eksperimen dan berdiskusi, dari pada hanya mendengarkan ceramah atau menghafalkan materi.
2.      Melakukan pembelajaran fasilitatif
Guru efektif dapat mendesain situasi-situasi yang mengembangkan penalaran sekaligus kreativitas siswa. Guru mendengarkan, memperhatikan, dan member pertanyaan kepada siswa untuk membantu mereka memperoleh pemahaman yang lebih baik. Guru jangan hanya menilai hasil pembelajaran, tapi amatilah mereka dan pahamilah cara berpikir mereka. Berikan pertanyaan-pertanyaan yang relevan yang merangsang pemikiran dan mintalah mereka menjelaskan jawabannya.
3.      Pertimbangkan pengetahuan anak dan tingkat pemikiran mereka
Murid tidak datang ke dalam kelas dengan pikiran kosong. Mereka memiliki banyak pemahaman tentang dunia fisik dan alam. Mereka memiliki konsep-konsep tentang ruang, waktu, kuantitas, dan sebab akibat. Pemahaman ini berbeda dengan orang dewasa. Guru perlu menerjemahkan apa yang dikatakan siswanya dan merespon dengan tidak terlalu jauh dari tingkat pemikiran mereka. Piaget menyarankan pentingnya menilai kesalahan-kesalahan pemikiran siswa kemudian membimbing mereka menuju tingkat pemahaman yang lebih tinggi.
4.      Gunakan penilaian berkesinambungan
Penilaian tidak hanya dilakukan menggunakan tes-tes yang terstandar, tapi juga memperhatikan portofolio siswa. Pekerjaan atau tugas-tugas yang belum selesai maupun yang sudah lengkap.
5.      Tingkatkan kesehatan intelektual anak
Pembelajaran seharusnya berjalan alamiah, anak-anak jangan dipaksa dan ditekan untuk belajar terlalu banyak dan terlalu dini dalam perkembangan mereka sebelum mereka siap dan matang. Penekanan menimbulkan beban dalam perkembangan intelektual, sehingga pembelajaran tidak memberikan hasil sesuai yang diharapkan.
6.      Ubahlah ruang kelas menjadi ruang untuk eksplorasi dan penemuan
Pada tingkatan sekolah dasar kelas satu dan dua, guru dapat melakukan eksplorasi dan penemuan. Ruang kelas di-setting dengan struktur yang berbeda dari kelas pada umumnya. Guru mengobservasi minat siswa dan partisipasi alami mereka serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran. Guru mendorong terjadinya interaksi antar murid selama pembelajaran berlangsung, perbedaan sudut pandang siswa justru memberikan kontribusi terhadap kemajuan pemikiran mereka.

BAB X
TEORI PENDIDIKAN MENURUT LEV VYGOTSKY

Vigotsky adalah seorang ahli perkembangan berkebangsan Rusia. Teorinya disebut dengan teori belajar social. Vigotsky mengemukakan bahwa perkembangan manusia melalui interaksi social yang memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif anak. Menurut vigotsky anak belajar melalui dua tahapan yaitu interaksi dengan orang lain, orang tua, saudara, teman sebaya, guru dan belajar secara individual melalui mngintegrasikan segala sesuatu yang dipelajari dari orang lain dalam struktur kognitifnya. Vigotsky mengemukakan tiga perlengkapan manusia yaitu tols of the minds, zone of proximal development dan soffolding. Tools adalah alat untuk membantu mempermudah kerja, seperti pahat, mesin potong, gergaji, pisau, mesin pangkas, adalah alat yang memudahkan kerja fisik manusia. Menurut vigotsky kerja mental juga akan lebih mudah jika ada alat pendukungnya yang ia sebut sebagai tools of the minds yang berfungsi untuk mempermudah anak memahami suatu fenomena, memecahkan masalah, mengingat dan untuk berfikir. Misalnya, kelereng, buah-buahan, lidi, biji-bijian adalah sejenis alat yang dapat membantu anak memahami konsep bilangan. Melalui alat ini, akan dapat menghubungkan benda dengan bahasa simbolik, seperti konsep bilangan satu, dua, tiga, empat, lima dan enam. Konsep zone proximal development adalah suatu konsep tentang hubungan antara belajar dengan perkembangan anak. Istilh zone mengambarkan bahwa perkembangan merupakan suatu daerah atau medan. Perluasan suatu medan perkembangan ditentukan oleh bantuan orang yang lebih ahli yang disebut scaffolding. Scaffolding adalah bantuan yang diperoleh anak dari seseorang yang lebih mampu, lebih mengetahui, dan lebih terampil dalam ZPD untuk membantu anak agar memperoleh hasil belajar yang lenih tingi (brunner dan Ross 1976). Bentuk bantuan misalnya menyediakan objek, menunjukan bagian objek, menggunakan gambar, menunjukan cara menggunakan sesuatu atau memberikan alat bantu pengukuran.
Teori belajar vigotsky memiliki empat prinsip umum yaitu:
1.      Anak mengkontruksi pengetahuan akan lebih mudah bila tersedia tools of minds yang lebih kaya dan bervariasi
2.      Belajar terjadi dalam kontek social, oleh karena itu untuk membantu mengoptimalkan perkembangan anak, dia harus dilibatkan sebanyak mungkin dalam interaksi social dengan sebaya, guru. Orang tua dan orang dewasa lainnya.
3.      Belajar mempengaruhi perkembangan mental
4.      Bahasa itu, memegang peranan penting dalam membantu perkembangan mental anak. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan perkembangan berpikir anak, pengenbangan bahasa atau literasi anak harus pula dioptimalkan melalui melibatkan anak dalam aktivitas literasi dirumah, dilembaga PAUD dan di masyarakat.
Vigotsky meyakini bahwa anak memiliki kemampuan secara aktif membangun pengetahuan melalui interaksi social di lingkunganya. Konte social mempengaruhi perkembangan berpikir, sikap dan tingkah laku anak. Kontek social adalah meliputi seluruh lingkungan dimana anak tinggal yang secara langsung atau pun tidak langsung dipengaruhi oleh sistem budaya yang berlaku dalam masyarakat dimana anak hidup.
Vigotsky mengemukakan tiga konteks social, yaitu :
1.      Interaktif, orang lain atau teman sebaya yang sedang melakukan interaksi dengan anak
2.      Tingkat structural yaitu konteks social yang memiliki struktur seperti anggota keluarga, lembaga PAUD, dan masyarakat sekitar, dan
3.      Tingkat struktur social yang meliputi keseluruhan berbagai hasil kreasi anggota masyarakat.
Konsep teori perkembangan kognitif vigotsky berkutat pada tiga hal, yaitu:
1.      Hokum genetic tentang perkembangan ada dua, yaitu:
a.       Tatanan social lingkungan
b.      Psikologis yang ada pada dirinya
2.      Zona perkembangan proksimal
Kemampuan kognitif diperoleh dengan bantuan kata bahasa dan bentuk percakapan.
3.      Mediasi
Alatnya (mediator) yang berperan dalam proses perkembangan sosialnya.
Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip, yaitu:
1.      Pembelajaran aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman
2.      Pemahaman bahwa pelajar mengembangan tergantung pada apa yang telah mereka ketahui.
3.      Belajar membangun pemahaman daripada catatan
4.      Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.

BAB XI
TEORI PENDIDIKAN MENURUT MARIA MONTESSORI DAN AUSUBEL

A.    Teori Pendidikan Menurut Maria Montessori
Maria Montessori, seorang dokter wanita Italia pertama. Montessori lahir di Chiaravalle, sebuah propinsi kecil di Ancona, Italia, padatahun 1870. Reputasinya dibidang pendidikan anak dimulai setelah Montessori lulus dari sekolah kedokteran.Dia bekerja di sebuah klinik psikiatri Universitas Roma. Pekerjaannya tersebut menyebabkan dia berinteraksi langsung dengan masalah cacat mental.
Pemikiran Montessori yang berkaitan dengan anak caca tmental akhirnya ditindaklanjuti dengan pendirian Casaidei Bambini atau Childrens Housedi daerah-daerah kumuh di Roma tahun 1907.Lingkungan diatur sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh anak-anak cacat mental dibawah lima tahun.
Ada prinsip-prinsip yang diyakini oleh Maria Montessori yaitu:
1.      Menghargai anak
Setiap anak itu unik sehingga pendidik dalam  memberikan pelayanan harus secara individual. Anak memiliki kemampuan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena  itu pendidik harus menghargai anak sebagai individu yang memiliki kemampuan yang luar biasa.
2.      Absorbent Mind(pemikiran yang cepat menyerap)
Informasi yang masuk melalui  indera anak dengan cepat terserap kedalam otak. Daya serap otak anak dapat diibaratkan seperti sebuah sponse yang cepat menyerap air. Untuk itu pendidik hendaknya jangan  salah dalam memberikan konsep-konseppada anak.
3.      “Sensitiveperiods”(masapeka).
Masa peka dapat digambarkan sebagai sebuah pembawaan atau potensi yang akan berkembang sangat pesat pada waktu-waktu tertentu. Potensi ini akan mati dan tidak akan muncul lagi apabila  tidak diberikan kesempatan untuk berkembang, tepat pada waktunya.
4.   Lingkungan yang disiapkan
a.       Pendidik hendaknya menyiapkan suatu lingkungan yang dapat memunculkan keinginan anak untuk mempelajari banyak hal. Lingkungan yang disiapkan harus dirancang untuk menfasilitasi kebutuhan dan minat anak, sehingga pendidik harus meyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.
b.      Lingkungan ditata dengan berbagai setting sehingga anak tidak bergantung dengan orang dewasa. Lingkungan yang disiapkan ini membuat anak bebas untuk bergerak, bermain dan bekerja.
5.      Pendidikandiri sendiri
Dengan  lingkungan  yang disiapkan oleh pendidik, memungkinkan anak dapat bereksplorasi, berekspresi, mencipta tanpa dibantu olah orang dewasa. Hasil yang diperoleh anak karena karyanya sendiri jauh luar biasa dan menakjubkan dibanding jika mereka dibantu. Karya yang dihasilkan beragam dan unik sedangkan yang dibantu hasil karya anak seragam dan sama. Jadi sebenarnya anak dapat belajar sendiri jika kita member fasilitas sesuai dengan potensi dan minatnya.
B.     Teori Pendidikan Menurut Ausubel
Menurut david p.Ausubel belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama ubungan dengan cara informasi atau materi palajaran disajikan kepada siswa, melalui penerian atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitrkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada.
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk :
1.      Belajar peneriman (reception learning) yang menyajikan informasi tersebut dalam bentuk final.
2.      Belajar penemuan (discovery learning ) yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang dipelajari
Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi tersebut pada konsep-konsep dalam struktur kognitifisme:
Dalam hal ini terjadi “belajar bermakna (meaning ful learning)”. Siswa mungkin saja tidak mengaitkan informasi tersebut pada konsep-konsep aulida dalam struktur kognifnya: siswa hanya terbatasd menghafal informasi baru; dalam hal ini terjadi “belajar hafalan (rote learning)”. Collette dan chiappetta mengambarkan dua dimensi ini dalam suatu salib sumbu.Sumbu vertical menyatakan dimensi pertama, sedangkan sumbu horizontal menyatakan dimensi kedua.
Ausubel mengemukakan bahwa belajar menerima dan belajar menemukan adalah dua hal yang berbeda. Pada belajar menerima, isi pokok yang akan dipelajari diberikan kepada siswa dalam bentuk catatan. Ausubel juga menjelaskan bahwa perbedan antara belajar hafalan dan belajar bermakna sering dicampuradukan dengan perbedaan antara belajar menerima dan belajar menemukan.Pencampuradukan ini disebabkab adanya angapan bahwa belajar menerima adalah hapalan, sedangkan belajar menemukan adalah bermakna.
Hapalan sebenarnya mendapatkan informasi yang terisolasi sedemikian sehinga siswa tyidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh tersebut kedalam struktur kognotofnya. Belajar hapalan adalah suatu proses belajar yang dilakukan dengan mengingat kata demi kata. Sedangkan belajar bermakna merupan rangkaian konsep dasar yang memberikan hasil yang bermakna.
Factor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut ausubel adalah :
Struktur kogniti yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahiuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk kedalam waktu struktur kognotif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sah dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur itu tidak stabil, meragukan, tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajat dan retensi.
Demikian kedua pemaparan dari kedua dimensi tersebut terdapat empat kemungkinan tipe belajar, yakni:
1.      Belajar menerima yang bermakna
2.      Belajar penemuan yang bermakna
3.      Belajar menerima yang hapalan ( tidak bermakna )
4.      Belajar penemuan yang hapalan (tidak bermakna)
Langkah-langkah belajar bermakna ausubel adalah:
1.      Pengatur awal (advance organizer)
2.      Diferensiasi progregsif
Ausubel (Dahar,1989:141) ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu :
1.      informasi yang dipelajari secara bermakna. informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip
2.      informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan belajar hal-hal yang mirip walaupun terjadi lupa.
Inti dari teori ausubel tentang belajar adalah “ belajar bermakna”. Ausubel selanjutnya memberikan dua prasyarat untuk belajar menerima yang bermakna, yakni:
Siswa telah memiliki satu himpunan belajar yang bermakna.Artinya kondisi dan sikap siswa telah siap untuk mengerjakan tugas belajar yang sesuai dengan tujuan mereka.
Tujuan belajar yang berikan kepada siswa harus sesuai dengan struktur kognitif siswa, sehingga siswa dapat mengasimilasikan bahan baru tersebut secara bermakna.Belajar bermakna terdahulu merupakan dasar atau penguat untuk belajar baru, sehingga belajar baru dan retensi tidak menjadi belajar kapalan.
Ausubel mengembangkan suat cara yang disebut dengan advanceorganizer untuk mengorientasikan siswa pada materi yang akan dipelajari dan membantu mereka untuk mengingat kembali informasi-informasi yang berkaitan dan dapat digunakan untuk membantu dalam menyatukan informasi-informasi baru yang akan dipelajari.
1.      Tahap satu (Guru menyajikan abstraksi atau generalisi pelajaran)
2.      Tahap dua (Guru menjelaskan istilah-istilah kunci)
3.      Tahap tiga (Guru memberikan contoh)
4.      Tahap empat (Siswa bekerja dengan contoh spesifik)
Menurut ausubel, paling sedikit terdapat tiga tujuan yang dapat dicapai oleh advanceorganizer. Pertama, advanceorganizer memberikan kerangka konseptual untuk belajar yang akan terjadi berikutnya. Kedua, advanceorganizer dipilih secara seksama sehingga dapat menjadi penghubung antara simpanan informasi siswa saat ini dan belajar yang baru. Ketiga, berlaku sebagai jembatan antara struktur kognitif lama dan struktur kognitif yang masih akan diproses makna lebih lama dapat diingat.

BAB XII
TEORI PENDIDIKAN MENURUT ERIK ERIKSON DAN JEROME S.BRUNNER

A.      Teori Pendidikan Erik Erikson
1.      Proses Perkembangan Kepribadian Menurut Erik Erikson
Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.
Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan yang ketiga/terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan. Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa, maupun lansia.
Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :
a.    Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
b.    Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
c.    Inisiatif vs Kesalahan
d.   Kerajinan vs Inferioritas
e.       Identitas vs Kekacauan Identitas
f.     Keintiman vs Isolasi
g.    Generativitas vs Stagnasi
h.    Integritas vs Keputusasaan
B.     Teori Pendidikan Jerome S. Bruner
1.      Proses Belajar Mengajar  Menurut Jeromi S. Bruner
Bruner menjadi sangat terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar daripada hasil belajar, metode yang digunakannya adalah metode Penemuan (discovery learning). Discovery learning dari Bruner merupakan model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivitas.
Dalam Teori Bruner dengan metode Penemuan (discovery learning), kekurangannya tidak bisa digunakan pada semua materi dalam matematika hanya beberapa materi saja yang dapat digunakan dengan metode penemuan.
Teori belajar matematika menurut J.S. Bruner tidak jauh berbeda dengan teori J. Piaget. Menurut teori J.S. Bruner langkah yang paling baik belajar matematika adalah dengan melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara pelajaran yang lalu dengan yang dipelajari harus ada kaitannya.
Menurut Bruner, agar proses mempelajari sesuatu pengetahuan atau kemampuan berlangsung secara optimal, dalam arti pengetahuan taua kemampuan dapat diinternalisasi dalam struktur kognitif orang yang bersangkutan.Kemampuan tersebut dibagi dalam 3 tahap yaitu, tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik.
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah :
a.    Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
b.    Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
c.    Tahap evaluasi
Adapun teorinya yang pernah dikemukakan yakni “free discovery learning”. Menurut teori itu proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk (konsep, teori, definisi) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang ia jumpai dalam kehidupannya. Proses belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh usia peserta didik.
Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap yaitu:
a.    Tahap Enaktif
b.    Tahap Ikonik
c.    Tahap Simbolik


BAB XIII
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Manusia adalah makhluk ciptahan Tuhan yang paling sempurna diantara yang lainnya karena kita dikaruniai akal, pikiran dan perasaan oleh Tuhan. Manusia menggunakan akal pikirannya itu untuk memperoleh sebuah ilmu. Ilmu merupakan hasil oleh piker manusia secara mendalam sehingga menghasilkan suatu konsep ilmu yang dapat bermanfaat. Tugas akal manusia merupakan suatu metode mengajar tang diterapkan dalam proses belajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas melalui pendidikan.
Pendidikan pun memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikanlah yang memtukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas, dengan tanpa mengesampingkan unsure-unsur lain dalam pendidikan. Dalam proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat dan teliti. Materi pendidikan juga harus dipersiapkan dengan matang. Karen materi pendidikan merupakan perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Namun tidak lupa juga dengan metode pendidikan, karena petode pendidikan merupakan cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Ada pun jenis-jenis metodenya: a. metode internal materi (metode deduktif, metode induktif, dan metode diskusi); b. metode eksternal materi (metode teladan, metode cerita. Dan metode pembiasan).
Untuk mencapai semua itu tentu saja tidak lepas dari sebuah teori, baik secara umum maupun menurut para ahlinya. Teori pendidikan secara umum ialah setiap sesuatu yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan jasmani seseorang, akalnya dan akhlaqnya dilahirkan sehingga dia mati. Menurut John Dewey pola pendidikan parsitipatif yang bertujuan untuk lebih memberdayakan peserta didik dalam jalannya proses pendidikan. Bagi John Dewey lebih mementingkan kreativitas dan keterlibatan siswa dalam diskusi dan pemecah masalah. Menurut Jean Piaget menentukan bahwa anak-anak berpikir dan beralasan secara berbeda pada periode yang berupa pertanyaan. Menurut Lev Vygotsky kerja mental anak akan lebih mudah jika ada alat pendukungnya yang ia sebut tools of the minds yang berfungsi untuk mempermudah anak memahami suatu fenomena, memecahkan masalah, nebgingat dan untuk berpikir. Menurut Maria Montessori tujuan pendidikan adalah mengoptimalkan seluruh kemampuan melalui stimulasi yang dipersiapkan. Untuk dapat memberikan stimulasi yang maksimal maka guru harus mempersiapkan perencanaan secara rinci dan mempersiapkan  lingkungan pembelajaran yang tenang dan teratur. Kelas yang terdiri dari bermacam-macam usia membuat anak dapat belajar dari anak yang tua usianya selain juga belajar dari guru. Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama hubungan dengan  cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada.
Menurut teori perkembangan Erik Erikson, perkembangan menagalami delapan tahap, dimana delapan tahap itu dari usia nol sampai mati. Teori ini banyak digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa, maupun lansia. Sedangkan menurut Teori pendidikan menurut Jerome S.Bruner sangat terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar daripada hasil belajar, metode yang digunakannya adalah metode penemuan.
B.     Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan sebagai calon guru kita semua bisa memahami dan mencoba menerapkan teori-teori pendidikan ini. Karena dengan adanya teori pendidikan ini, kita sebagai guru mempunyai bekal untuk memasuki proses belajar mengajar nanti dilapang, dengan teoti ini calon guru dilatih sedemikian rupa, dimana dalam menentukan tujuan pendidikan, materi pendidikan maupun metode-metode pendidikan haris direncanakan atau dipersiapkan secara rinci dan teratur. Agar semua konsep-konsep kognitip yang kita sampaikan dan sajikan kepada siswa tidak keluar dari teori-teori yang telah ada.
Semoga penerus guru-guru yang terdahulu mampu mengeluarkan inovasi baru dan mampu menunjukan kualitas guru yang baik, dimana dapat membantu proses pembangunan bangsa melalui pendidikan.