BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan di Indonesia saat ini belum
memenuhi target dan belum sesuai kurikulum yang telah ditentukan. Pendidikan
dianggapnya tidak penting, banyak juga orang yang menganggap pendidikan itu
sebuah hal yang tidak mesti dimiliki setiap orang. Kini pemerintah menganjurkan
dan bahkan mewajibkan untuk wajib belajar dan menempuh pendidikan untuk
memperbaiki dan mengubah pembangunan bangsa yang lebih baik.
Dalam suatu pembelajarannya, memerlukan
sebuah pendukung sebuah teori dan belajar, tujuannya untuk menguatkan proses
pembelajaran dimana supaya proses belajar mengajar tidak keluar dari sebuah
teori-teori yang sudah ada, dan agar tidak salah kaprah dalam pemberian materi
atau metode-metode pendidikan. Maka dari itu, saya akan mengupas teori-teori
pendidikan secara umum, hakikat sifat dasar manusia, hakikat ilmu dan tugas
akal manusia, tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode pendidikan, teori
pendidikan menurut John Dewey, Jean Piaget, Lev Vygotsky, Maria Montessori, Ausubel,
Erik Erikson dan Jerome S. Brumer. Dengan demikian kita semua dapat mempelajari
dan memahaminya.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
teori pendidikan secara umum?
2. Apa
yang dimaksud dengan hakikat sifat dasar manusia?
3. Apa
yang dimaksud dengan hakikat ikmu dan tugas akal manusia?
4. Apa
saja tujuan-tujuan pendidikan?
5. Apa
saja materi-materi pendidikan?
6. Apa
saja metode-metode pendidikan?
7. Bagaimana
teori pendidikan menurut John Dewey?
8. Bagaimana
teori pendidikan menurut Jean Piaget?
9. Bagaimana
teori pendidikan menurut Lev Vygotsky?
10. Bagaimana
teori pendidikan menurut Maria Montessori dan Ausubel?
11. Bagaimana
teori pendidikan menurut Erik Erikson dan Jerome S.Brumer?
C.
Tujuan
Dari
rumusan masalah diatas maka terdapat tujuan masalah sebagai berikut:
1. Memahami
teori pendidikan secara umum.
2. Mengetahui
hakikat sifat dasar manusia.
3. Mengetahui
hakikat ilmu dan tugas akal manusia.
4. Memahami
dan menerapkan tujuan-tujuan pendidikan.
5. Memahami
dan menerapkan materi-materi pendidikan.
6. Memahami
dan menerapkan metode-metode pendidikan.
7. Menjadikan
teori pendidikan menurut John Dewey sebagai panduan.
8. Menjadikan
teori pendidikan menurut Jean Piaget sebagai panduan.
9. Menjadikan
teori pendidikan menurut Lev Vygotsky sebagai panduan.
10. Menjadikan
teori pendidikan menurut Maria Montessori dan Ausubel sebagai panduan.
11. Menjadikan
teori pendidikan menurut Erik Erikson dan Jerome S. Brumer sebagai panduan.
BAB II
TEORI PENDIDIKAN SECARA UMUM
A.
Pengertian Teori
Teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk membantu
menjelaskan suatu.
Ia merupakan penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita
pahami dan kita jelaskan. Teori akan membantu kita memahami suatu
gejala dan membedakan diri dengan penjelasan yang lain.
B.
Teori Pendidikan Secara Umum
Pendidikan secara umum ialah setiap sesuatu yang
mempunyai pengaruh dalam pembentukan jasmani seseorang, akalnya dan akhlaknya
sejak dilahirkan hingga dia mati. Pendidikan dengan pengertian ini meliputi
semua sarana, baik disengaja seperti pendidikan dilingkungan keluarga (rumah),
dan pendidikan sekolah, atau yang tidak disengaja seperti pendidikan yang
datang kebetulan dari pengaruh lingkungan sosial kemasyarakatan dalam pergaulan
kesehatan atau yang bersifat alamiah dan lain-lain. Pendidikan dalam pengertian
ini, sama dengan pengertian bahwa kehidupan itu sendiri atau dalam artian
sesungguhnya bahwa segala bentuk hubungan manusia baik di lingkungan keluarga,
lingkungan alam dalam kehidupan ini dianggap sebagai sebuah proses pembelajaran
dengan anggapan bahwa dimulai dari buaian atau sejak terlahir sampai keliang
lahat.
Sedangkan pengertian pendidikan secara khusus
ialah semua media yang dijadikan dan dipergunakan untuk mengembangkan jasmani
anak, akalnya dan untuk pembinaan akhlaknya (akhlakul kharimah), dan
hanya meliputi sarana khusus yang mungkin disusun suatu sistem bagiannya; ini
terbatas pada pendidikan rumah tangga dan sekolah.
BAB III
HAKIKAT
SIFAT DASAR MANUSIA
A. Hakikat Manusia
Manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara yang lainnya karena
kita dikaruniai akal, pikiran dan perasaan oleh Tuhan. Maka akan
selalu memilih yang terbaik diantara yang dapat diambil.
Hakikat manusia terdiri atas aspek – aspek, sebagai berikut:
1. Manusia Sebagai Makhluk
Tuhan
Manusia
berkedudukan sebagai makhluk tuhan YME maka dalam pengalaman hidupnya terlihat
bahkan dapat kita alami sebdiri adanya fenomena kemakhlukan (M.I. Soelaeman,
1998). Fenomena kemakhlukkan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan
adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada tuhannya. Manusia
merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan
Maha Tinggi. Manusia mengakui keterbatasan dan ketidakberdayaannya dibanding
tuhannya Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan
Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat Abadi,
manusia merasakan kasih sayang TuhanNya, namun ia pun tahu pedih siksaNya.
Semua melahirkan rasa cemas dan takut pada diri manusia terhadap tuhannya.
Tetapi dibalik itu diiringi pula dengan rasa kagum, rasa hormat, dan rasa segan
karena TuhanNya begitu luhur dan suci. Semua itu menggugah kesedian manusia
untuk bersujud dan berserah diri kepada PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan
Maha Kasih SayangNya Sang Pencipta maka kepadaNya-lah manusia berharap dan
berdoa. Dengan demikian, dibalik adanya rasa cemas dan takut itu muncul pula
adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam
hidupnya.
2. Manusia Sebagai Makhluk Individu
Sebagaimana
Anda alami bahwa manusia menyadari keberadaan dirinya sendiri. Kesadaran
manusian akan dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas manusia.
Manusia sebagai individu atau pribadi merupakan kenyataan yang paling riil
dalam kesadaran manusia. Sebagai individu, manusia adalah satu kesatuan yang
tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan manusia lainnya sehingga bersifat
unik, dan merupakan subjek yang otonom.
Setiap
manusia mempunya dunianya sendiri, tujuan hidupnya sendiri. Masing-masing
secara sadar berupaya menunjukkan eksistensinya, ingin menjadi dirinya sendiri
atau bebas bercita – cita untuk menjadi seseorang tertentudan masing – masing
mampu menyatakan “inilah aku” ditengah segala yang ada. Setiap manusia mampu
mengambil distansi, menempati posisi, berhadapan, menghadapi, memasuki,
memikirkan, bebas mengambil sikap, dan bebas mengambil tindakan atas tanggung
jawabnya sendiri atau otonom. Karena itu, manusia adalah subjek dan tidak
sebagai objek.
3. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Setiap
manusia adalah pribadi (individu) dan adanya hubungan pengaruh timbal balik
antara individu dengan sesamanya maka idiealnya situasi hubungan antara
individu dengan sesamanya itu tidak merupakan hubungan anatara subjek dengan
objek, melainkan subjek dengan subjek.
4. Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya
Kebudayaan
tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Kodrat dinamika pada diri manusia
mengimplikasiakn adanya perubahan dan pembaharuan kebudayaan. Hal ini tentu
saja didukung pula oleh pengaruh kebudayaan masyarakat atau bangsa lain
terhadap kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, mengingat adanya
dampak positif dan negative dari kebudayaan terhadap manusia, masyarakat kadang-kadang
terombang ambing diantara 2 relasi kecenderungan. Disatu pihak ada yang mau
melestarikan bentuk lama (tradisi), sedang yang lain terdorong untuk menciptkan
hal-hal yang baru (inovasi).
5. Manusia
Sebagai Makhluk Susila
Dalam
uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa manusia sadar akan diri dan
lingkungannya, mempunyai potensi dan kemampuan untuk berpikir, berkehendak
bebas, bertanggung jawab, serta punya potensi untuk berbuat baik. Karna itulah,
eksistensi manusia memiliki aspek kesusilaan.
Sebagai
makhluk yang
otonom atau memiliki kebebasan, manusia selalu dihadapkan pada suatu
alternative tindakan yang harus dipilihnya. Adapun kebebasan berbuat ini juga
selalu berhubungan dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang juga
harus dipilihnya. Karena manusia mempunyai kebebasan memilih dan menentukan
perbuatannya secara otonom maka selalu ada penilaian moral atau tuntunan
pertanggung jawaban atas perbuatannya.
6. Manusia
Sebagai Makhluk Beragama
Aspek
keberagaman merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi
manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan
kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Hal ini
terdapat pada manusia manapun, baik dalam rentan waktu (dulu-sekarang-akan
datang) maupun dalam rintang geografis dimana manusia berada. Keberagaman
menyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama.
B. Dimensi Hakikat Manusia
Dimensi
dalam bahasa latinnya adalah dimensio merupakan ukuran. Manusia memiliki
karakteristik yang membedakannya dengan hewan, manusia juga memiiki dimensi
yang bersifat unik, potensial, dan dinamis.
Ada 4 (empat) macam dimensi manusia:
1. Dimensi Individual
2. Dimensi Religius
3. Dimensi Kesosialan
4. Dimensi Kesusilaan
Pengembangan Dimensi Hakekat Manusia
1. Pengembangan yang Utuh
2. Pengembangan yang Tidak Utuh
C. Jenis – Jenis Hakikat Manusia
Jenis – jenis hakikat manusia sebagai berikut:
1.
Kodrat adalah sesutau yang tidak bisa
dirubah atau sifat pembawaan alamiah yang terjelma dalam diri manusia itu
ketika diciptakan oleh tuhan.
2. Harkat adalah nilai manusia sebagai mahluk
tuhan yang di bekali cipta,rasa,karsa dan hak-hak serta kewajiban assasi
manusia.
3. Martabat
adalah tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat
4. Hak
assasi adalah sesuatu atau sebuah anugrah yang diberikan oleh tuhan
kepada
umatnya
dari kita lahir.
2.
kewajiban manusia terhadap Tuhan
yang Maha Esa
yaitu: a) menganut agama, b) beribadah kepada tuhan, c) menunaikan tugas
yang di perintah oleh tuhan dan menjauhi larangannya.
3.
kewajiban manusia terhadap diri
sendiri yaitu:
a) menjaga diri sendiri baik fisik maupun mental, b) menjaga nama baik
sendiri, c) mengembangkan potensi yang ada pada diri kita sendiri.
4.
kewajiban manusia terhadap sesama
mahluk hidup
yaitu: a) saling membantu satu sama lain (siamotutiprateli), b) toleransi
terhadap orang lain, c) saling menghargai satu sama lain, d) intinya kita semua
saudara
5.
kewajiban manusia terhadap negara
dan bangsa
yaitu: a) membentuk karakter atau diri individu berdasarkan pancasila, b)
kesadaran diri wajib bela negara atau bangsa, c) mengabdi kepada manusia sesuai
propesi, d) mengikuti pendidikan kewarganegaraan.
D. Karakteristik Manusia
Karakter manusia dapat di bedakan
menjadi 4 karakteristik, yaitu
1.
Psikoanalisis,
Psikoanalisis merupakan suatu aliran psikologi dimana individu ini
dipengaruhi oleh 3 subsistem yang mengarahkannya untuk bertindak, salah satu
tokoh yang bernama siegmun freud menggambarkan tentang 3 subsistem tersebut
yakni id, ego dan super ego. Id
merupakan subsistem yang ada sejak manusia itu dilahirkan. Subsistem yang berikutnya adalah ego yakni subsistem yang menjembatani
id, jadi ego ini menahan id agar tidak sampai melakukan hal-hal yang yang
dirasa perlu dipikirkan lebih dahulu. Super
ego yakni subsistem yang mengawasi dan mengontrol jalannya id dan ego
sehingga tidak semata-mata seorang tersebut harus langsung melakukan
tindakan-tindakan bawah alam sadar mereka. Tindakan tersebut dapat dikontrol
dengan superego ini. Manusia pasti merasakan proses ketiga subsistem tersebut
dari id ke ego dan sampai ke superego.
4.
Behavioristik,
Behavioristik merupakan aliran psikologi dimana
seseorang dipengarhi oleh lingkungan, manusia dalam aliran ini dinamakan dengan
homo mechanicus yaitu manusia mesin. Yakni manusia yang di gerakkan oleh mesin,
dia mau bergerak ketika sudah diprogram dan di suruh untuk bergerak.
5.
Kognitif,
Kognitif yakni aliran psikologi dimana manusia
tersebut masih menggunakan pikirannya untuk merenung dan berpikir kembali apa
yang telah diterimanya, jadi individu tersebut tidak langsung melakukan respon
namun di telaah terlebih dahulu dan di cari sebabnya mengapa bisa begitu. Kalau
behavioristik jika individu itu di takut-takuti maka akan langsung takut
berbeda dengan kognitif, dia akan mencari tahu kenapa hal tersebut perlu di
takuti sehingga ibarat komputer setelah data itu masuk maka akan di proses
dahulu sebelum data itu akan keluar sebagai output.
4. Humanistic.
Humanistic merupakan aliran psikologi yang
memanusiakan manusia maksudnya aliran ini meyakinkan manusia tersebut bahwa
dalam dirinya itu terdapat potensi, kretivitas dan kemampuan sehingga individu
tersebut dapat bertanggung jawab atas dirinya.
Tidak semua individu memiliki keempat kerakteristik
tersebut, karena karakteristik tersbut sifatnya labil dan berubah-ubah tidak
mungkin tetap, dimisalkan saja untuk hari ini bisa jadi individu tersebut
humanistic dan hari kemarin bisa juga kognitif, jadi tidak bisa diklaim yang
mana karakteristik orang tersebut Cuma dapat dibaca ketika individu tersebut
bertindak.
BAB IV
HAKIKAT
ILMU DAN TUGAS AKAL MANUSIA
A.
Hakikat Ilmu
1. Jenis
pengetahuan
Bertitik
tolak dari pengetahuan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah pengetahuan. Maka
dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Ada
beberapa pengetahuan yang di miliki manusia, yaitu:
a. Pengetahuan Biasa
b. pengetahuan
Ilmu
1) pengetian
Kata
ilmu merupakan terjemahan dari kata “science” yang secara etimologis berasal
dari kata latin “scire” yang artinya “Mengetahui”. Dalam pengertian
sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya
objektif.
Ilmu
diperoleh dengan proses tertentu yang di sebut dengan metode ilmiah yang
menggunakan nalar manusia. Nalar adalah proses berfikir manusia2. Ilmu pada
prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan
pengetahuan biasa, suatu pengetahuan yang berasal dari kehidupan sehari-hari,
namun dilanjutkan dengan sutu pemikiran secara cermat dan teliti dengan
menggunakan berbagai metode.
2) sifat-sifat Ilmu
Dalam
hal ini, Randal(1942) mengemukakan beberapa ciri umum dari ilmu, diantaranya
a)
Hasil ilmu sifatnya akumulatif dan merupakan milik bersama.
b)
Hasil ilmu, kebenarannya tidak mutlak, dan bisa terjadi
kekeliruan, karna yang menyelidiknya adalah manusia.
c)
Ilmu itu objektif,
2. Kegunaan /
Manfaat Ilmu
Ilmu
dengan segala tujuan dan artinya, sampai batas-batas tertentu, telah banyak
membantu manusia dalam mencapai tujuan hidup dan kehidupannya, yaitu kehidupan
lebih baik.
Meskipun
ilmu dan teknoilogi banyak mendatangkan manfaat bagi manusia, namun ada
beberapa kekurangan, mungkin dianggap berbahaya, karena :
1.
Ilmu itu objektif,
2.
Manusia hidup dalam waktu yang panjang, jika ia terbenam
dalam dunia fisik, maka akan hampa dari makna.
3. Perkembangan
Ilmu
Perkembangan
ilmu merupakan salah satu prestasi besar dari pikiran manusia. Kebudayaan kuno
dengan pertanian dan seni industrinya yang primitive muncul dan berasal dari
dekat lembah-lembah sungai yang besar seperti sungai nil, euprat, dan sungai
kuning.
Lebih
dari 2000 tahun sebelum masehi, orang-orang babilon mesir memiliki kerangka
pengetahuan, termasuk di dalamnya tentang satuan pengukuran, seperti : panjang,
berat, dan isi.
Pada
akhir abad pertengahan merupakan periode atau masa perkembangan
kebudayaan. Orang-orang pada masa itu memandang penalaran deduktik dan wahyu
sebagai sumber pengetahuan.
Pada
abad ke-18, terlihat sudah ilmu pengetahuan alam yang secara efektif
tersusun berdasarkan pda ketentuan matematis. Banyak penemuan yang bersifat
praktis, yang paling penting adalah di temukannya mesin uap.abad ke-19
menunjukkan pertumbuhan ilmu dan industri yang cepat.
4.
Prinsip Dasar Penerapan Ilmu
Pengetahuan Dan Teknologi
Ada
beberapa prinsip yang perlu dilaksanakan dalam penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk membangun bangsa. Prinsip-prinsip ini merupakan suatu pola dasar
yang perlu kita pegang agar penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
benar-benar bermanfaat dan berfungsi optimal bagi pembangunan bangsa.
1.
Perlunya diselenggarakan pendidikan dan latihan di dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan untuk keperluan
pembangunan bangsa. Jadi, pendidikan dan pelatihan tersebut benar-benar
sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan pembangunan.
2.
Perlu dikembangkan suatu konsep yang jelas, nyata, serta
yang dilaksanakan secara konsekuen tentang masyarakat yang ingin di bangun di
masa depan, juga teknologi-teknologi yang di perlukan untuk mewujudkannya.
3.
Bangsa yang ingin maju/mengembangkan dirinya secara
teknologis harus bertekad berusaha sendiri memecahkan masalah-masalahnya.
4.
Pada tahap permulaan transformasi, dirinya menjadi suatu
bangsa berteknologi maju, setiap Negara harus melindungi perkembangan kemampuan
nasionalnya di bidang teknologi hingga saat tercapainya kemampuan bersaing
secara internasional.
5. kekhilafan
Pengetahuan
Dalam
hal pengetahuan sesungguhnya kesalahan itu tidak tampak karena apa yang sempat
menjadi pengetahuan seseorang maka isisnya adalah kebenaran. Namun hal ini
perlu diperhatiakan apakah budi atau akal piker serta indra kita masih normal.
Dalam
pengetahuan kekhilafan terjadi karena kesalahan dalam pengambilan
kesimpulan yang tidak runtut terhadap pengvalaman-pengalaman. Jadi dalam hal
ini khilaf muncul karena adanya pranggapan atau pernyataan-pernyataan yang
sudah dianggap benar.
B.
Tugas Akal Manusia
1. Definisi Akal
Akal atau pikiran adalah
kumpulan pikiran-pikiran sadar atau pengalaman-pengalaman kita, posisinya
dibawah pimpinan kamauan. Akallah yang mengendalikan perbuatan-perbuatan kita,
meskipun tidak menduduki tempat yang paling tinggi dalam diri manusia, namun
akal mempunyai tugas yang penting sekali karena tanpa akal sadar kita tidak
akan tahu keadaan hidup kita, dan bisa dikatakan kita serupa dengan orang
yang tidur berjalan.
2.
Komponen
Akal
hal utama yang harus menjadi
perhatian kita adalah mengenal komponen-komponen pembentuk dari pada akal, yang
terdiri dari Fakta,
Panca indera, otak manusia yang normal, dan informasi terdahulu.
Keempat kompone ini merupakan pra syarat dalam upaya
mendefenisikan akal, dan keharusan akan adanya informasi terdahulu terhadap
fakta menjadi penentu terjadinya proses berfikir (amaliyah akal).
Dengan demikian maka
tergambarkanlah bagi kita bahwa amaliyah dari pada akal adalah proses
pencerapan atau penginderaan fakta kedalam otak melalui panca indera, bukan
melalui refleksi materi kedalam otak ataupun sebaliknya sebagaimana anggapan
dari para pemikir komunis.
3. Kesalahan Secara Umum Tentang Akal
asas daripada akal adalah
sifat mengetahui dan bukannya sifat mengatur yang serba kebetulan, melainkan
pengetahuan yang melekat pada otak berdasarkan sebab-sebab yang diakui
kebenarannya. Jika diperbandingkan dengan ilmu pasti, maka kita bisa mengatakan
demikian : Sebagaimana halnya dasar gedung ilmupasti itu adalah aksioma-aksioma
atau dalil yang tidak terbuktikan, namun diterima oleh setiap orang, demikian pula
dengan akal, akal itu juga berdasarkan aksioma-aksioma pengetahuan..
Pengetahuan ini sudah dimiliki sejak masih bayi, dan juga dimiliki oleh
bangsa-bangsa yang bagaimanapun primitifnya, kenyataan ini memungkinkan kita
untuk mulai menggunakan akal, dan sekali dimulai maka tidak akan sulit untuk
menyempurnakannya.
Sudah barang tentu, dalam
kesadaran kita untuk menggunakan dan memperbaiki akal, kita harus mulai dengan
yang paling sederhana. Manusia primitive mengambil batu dan menggunakannya
sebagai palu, ia memperbaiki alat itu dan memberinya bentuk tertentu yang
paling cocok menurut fungsi serta tujuannya, kemudian munculah palu dari
tembaga dan baja dan dengan palu ini dibuatlah alat lainnya, sehingga lambat
laun terciptalah pesawat yang rumit seperti yang sekarang ada. Demikian pula
dengan cara akal membentuk dan membuat alat-alat rohani yang mendasari
perbuatan-perbuatannya. Ia mulai dengan yang sederhana dan berakhir dengan yang
sempurna.
BAB
V
TUJUAN-TUJUAN
PENDIDIKAN
A.
Pengertian Tujuan
Tujuan Pendidikan Beragam Perspektif Terhadap
PerundanganPendidikan Di Indonesia - Istilah “tujuan” atau
“sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab dinyatakan dengan ghayat atau
andaf atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah
“tujuan” dinyatakan dengan goal atau purpose atau objective
atau aim. Secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian yang
sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah,
maksud yang hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas. Makalah Tujuan Pendidikan Beragam Perspektif Terhadap
PerundanganPendidikan Di Indonesia.
B.
Tujuan Pendidikan
Tujuan
Pendidikan akan menentukan ke arah mana anak didik akan dibawa. Di samping itu
pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia. Tujuan pendidikan dapat dilihat dari dua
sudut pandang yaitu menurut Islam dan tujuan pendidikan secara umum.
1.
Tujuan Pendidikan Perspektif Islam
Tujuan
pendidikan Islam adalah mendekatkan diri kita kepada Allah dan pendidikan Islam
lebih mengutamakan akhlak. Secara lebih luas pendidikan Islam bertujuan untuk :
a.
Pembinaan akhlak
b. Penguasaan ilmu
c. Keterampilan bekerja dalam
masyarakat
d. Mengembangkan akal dan akhlak
e. Pengajaran kebudayaan
f. Pembentukan kepribadian
g. Menghambakan diri kepada Allah
h. Menyiapkan anak didik untuk hidup di
dunia dan akhirat
Abu
Ahmad mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam meliputi : tujuan
tertinggi/terakhir, tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan sementara.
2.
Tujuan Tertinggi/ Terakhir
Dalam
tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi atau terakhir ini pada akhirnya
sesuai dengan tujuan hidup manusia dan peranannnya sebagai makhluk ciptaan
Allah, yaitu :
a. Menjadi hamba Allah
b. Mengantarkan subyek didik menjadi khalifah
fi al-Ardh, yang mampu memakmurkan bumi, melestarikannya, dan mewujudkan
rahmat bagi alam sekitarnya.
c. Untuk memperoleh kesejahteraan,
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat
d. Terciptanya manusia yang mempunyai
wajah Qur’ani di segala aspek kehidupan.
Keempat
tujuan tertinggi tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Tujuan tertinggi tersebut diyakini sebagai sesuatu yang ideal dan
dapat memotivasi usaha pendidikan dan bahkan dapat menjadikan aktivitas
pendidikan lebih bermakna.
3.
Tujuan Umum
Tujuan
umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena
menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik. Dikatakan
umum karena belaku bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, dan
menyangkut diri peserta didik secara total.
4.
Tujuan Khusus
Tujuan
khusus adalah pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi/terakhir dan
tujuan umum (pendidikan Islam). Tujuan khusus bersifat relatif sehingga
dimungkinkan untuk diadakan perubahan di mana perlu sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan
tujuan umum. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada:
a.
Kultur dan cita-cita suatu bangsa
b.
Minat, bakat, dan kesanggupan subyek didik
c.
Tuntutan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu
5.
Tujuan Sementara
Tujuan
sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka
menjawab segala tuntutan kehidupan. Karena itu, tujuan sementara bersifat
kondisional, tergantung faktor di mana peserta didik itu tinggal atau hidup,
yang penting orientasi dari pendidikan itu tidak keluar dari nilai-nilai ideal
Islam.
Menurut Zakiah Daradjat, tujuan
sementara itu merupakan tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pedidikan
formal.
6.
Tujuan Pendidikan Perspektif Barat
Ada 4 konsep yang di pegang oleh
prespektif barat. Mulai dari Sekuler, Liberal, Pragmatis, dan Materialis. Dari
4 konsep ini, dapat diartikan bahwa konsep pendidikan prespektif barat sangat
berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
a. Sekuler
b. Liberal
c. Pragmatis
d. Materialis
C.
Kaitan Tujuan Pendidikan Beragam Perspektif Terhadap
Perundangan Pendidikan di Indonesia
1.
Tujuan Pendidikan menurut Undang-Undang No. 2 Tahun
1989
Undang-Undang
No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional meneguhkan dasar pendidikan
nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal tersebut termaktub
dalam Bab II pasal 2 yang bunyi lengkapnya adalah ”Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”. Sedangkan tujuan
pendidikan nasional tercantum dalam Bab II pasal 4 yang berbunyi ”Pendidikan
Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan
, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
2.
Sistem Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tetap mempertahankan dasar
pendidikan nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal tersebut
termaktub dalam Bab II pasal 2 yang bunyi lengkapnya adalah “Pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945”. Sedangkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional
tercantum dalam Bab II pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
BAB VI
MATERI-MATERI
PENDIDIKAN
A. Pengertian Materi Pelajaran
Materi Pelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak
terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa
yang akan dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa Materi
Pelajaran
(instructionalmaterials) adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam
rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Materi Pelajaran menempati
posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan
agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus
sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh
peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan
pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator .
1.
Jenis-Jenis Materi Pelajaran
Jenis-jenis Materi Pelajaran dapat
diklasifikasi sebagai berikut.
b.
Fakta
c.
Konsep
d.
Prinsip
e.
Prosedur
f.
Sikap atau Nilai
3. Prinsip-Prinsip
Pengembangan Materi
Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan
Materi Pelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).
a.
Relevansi
b.
Konsistensi artinya keajegan.
c.
Adequacy artinya kecukupan.
Adapun dalam pengembangan Materi Pelajaran guru harus
mampu mengidentifikasi Materi Pelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal di
bawah ini:
a.
potensi peserta didik;
b.
relevansi dengan karakteristik daerah;
c.
tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
d.
kebermanfaatan
bagi peserta didik;
e.
struktur keilmuan;
f.
aktualitas, kedalaman, dan keluasan
Materi Pelajaran;
g.
relevansi
dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
h.
alokasi waktu.
a.
Langkah-Langkah Penentuan Materi Pelajaran
i.
Identifikasi standar kompetensi dan
kompetensi dasar
Sebelum
menentukan Materi Pelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi aspek-aspek
keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek
tersebut perlu ditentukan, karena setiap
standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang
berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan apakah standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang
harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah
afektif.
1)
Ranah Kognitif
2)
Ranah Psikomotor
3)
Ranah Afektif
ii.
Identifikasi Jenis-jenis Materi
Pelajaran
1. Ranah Kognitif
Identifikasi
dilakukan berkaitan dengan kesesuaian Materi Pelajaran dengan tingkatan aktivitas /ranah pembelajarannya. Materi yang sesuai untuk ranah kognitif ditentukan
berdasarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian,
dan keterampilan berpikir. Dengan
demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah kognitif adalah fakta, konsep,
prinsip dan prosedur.
a) Identifikasi
materi pokok pada kompetensi dasar
b) Analisis
struktur isi pada materi pokok
2. Ranah Afektif
Materi Pelajaran yang sesuai untuk ranah afektif
ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi,
dan cara penyesuaian diri. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk
ranah afektif meliputi rasa dan penghayatan, seperti pemberian respon,
penerimaan, internalisasi, dan penilaian.
3. Ranah
Psikomotor
Materi Pelajaran yang sesuai untuk ranah psikomotor
ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik.
Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah psikomotor terdiri dari
gerakan awal, semirutin, dan rutin.
b.
Penentuan cakupan Materi Pelajaran
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup Materi
Pelajaran harus memperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta,
konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotor, karena ketika sudah diimplementasikan dalam
proses pembelajaran maka tiap-tiap jenis uraian materi tersebut memerlukan
strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.
Selain memperhatikan jenis materi juga harus
memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan
Materi Pelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya.
Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa
banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu Materi Pelajaran.
Kedalaman materi menyangkut rincian konsep-konsep yang
terkandung di dalamnya yang harus dipelajari oleh peserta didik.
Cakupan atau ruang lingkup materi
perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan terlalu
banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga terjadi kesesuaian dengan
kompetensi dasar yang ingin dicapai.
c.
Urutan
Materi Pembelajaran
Urutan penyajian berguna untuk menentukan urutan proses
pembelajaran. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran
mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya.
Misalnya, materi operasi bilangan
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Peserta didik akan
mengalami kesulitan mempelajari pengurangan jika materi penjumlahan belum
dipelajari. Peserta didik akan mengalami kesulitan melakukan pembagian jika materi
perkalian belum dipelajari.
Materi Pelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup
serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu:
pendekatan prosedural dan hierarkis.
i.
Pendekatan prosedural.
ii.
Pendekatan hierarkis
4. Penentuan
Sumber Belajar
Berbagai sumber belajar dapat digunakan untuk
mendukung Materi Pelajaran tertentu. Penentuan tersebut harus tetap
mengacu pada setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.
Beberapa jenis sumber belajar antara
lain:
a. buku
b. laporan hasil penelitian
c. jurnal
(penerbitan hasil penelitian dan
pemikiran ilmiah)
d. majalah ilmiah
e. kajian pakar bidang studi
f. karya profesional
g. buku kurikulum
h. terbitan
berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan
i.
situs-situs Internet
j.
multimedia (TV, Video, VCD, kaset audio, dsb)
k. lingkungan
(alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi)
l.
narasumber
Perlu diingat bahwa tidaklah tepat jika seorang guru
hanya bergantung pada satu jenis sumber sebagai satu-satunya sumber belajar.
Sumber Belajar adalah rujukan, artinya dari berbagai sumber belajar tersebut
seorang guru harus melakukan analisis dan mengumpulkan materi yang sesuai untuk
dikembangkan dalam bentuk bahan ajar. Di samping itu, kegiatan pembelajaran bukanlah usaha mengkhatamkan (menyelesaikan)
keseluruhan isi suatu buku, tetapi membantu peserta didik mencapai kompetensi.
Karena itu, hendaknya guru menggunakan sumber belajar maupun Bahan Ajar secara
bervariasi, untuk pengembangan bahan ajar dapat berpedoman dengan panduan pengembangan
bahan ajar yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA.
B.
Analisis Materi Pelajaran
Analisis
Materi Pelajaran adalah kegiatan pemilihan materi esensial dari keselulruhan
materi suatu pelajaran yang merupakan materi pelajaran minimal yang harus dikuasai
dan dimiliki dalam proses pelajarannya. Materi pelajartan yang esensial itu
mencakup tentang konsep kunci keilmuwan, tema-tema utama, dan nilai-nilai dasar
yang memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut :
a.
Universal,
b. Adaptf,
c. Transferable,
d. Aplikatif,
e. Meaningful,
C.
Kaitan Tujuan Dengan Materi
Pelajaran
Dalam
konteks pendidikan, tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu
lembaga pendidikan. Artinya, tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari
visi dan misi lembaga, dan sebagai arah yang harus dijadikan rujukan dalam
proses pembelajaran. Komponen ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam
sistem pembelajaran. Kalau diibaratkan, tujuan pembelajaran adalah jantungnya,
dan suatu proses pembelajaran terjadi manakala terdapat tujuan yang harus
dicapai.
Tujuan
pembelajaran membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan
tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran, metode
atau strategi pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam
menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar
siswa.
D.
Kaitan Evaluasi Dengan Materi
Pelajaran
Evaluasi
merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara
sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan
sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik.
Kaitannya
dengan materi pelajaran, dalam evaluasi pembelajaran itu terdapat evaluasi masukan
pembelajaran menekankan pada evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan
dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan
tutor, kurikulum dan Materi Pelajaran, strategi pembelajaran yang sesuai dengan
mata pelajaran, serta keadaan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung.
BAB VII
METODE
PENDIDIKAN
A. Pengertian Metode pendidikan
Secara Bahasa
metode berasal dari dua kata,meta dan hodos . Meta berarti melalui dan Hodos
yaitu cara. Atau jalan. Secara istilah, Edgar Bruce Wesley mendefinisikan
metode dalam bidang pendidikan sebagai rentetan
kegiatan terarah bagi guru yang
menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid atau jalan yang dengannya
menjadi berkesan. Secara umum,metode pendidikan dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang telah ditentukan.
B. Fungsi Metode
Pendidikan
Dalam
menyampaikan materi pendidikan perlu diterapkan
metode yang disertakan pandangan dan persepsi dalam menghadapi manusia sesuai dengan unsur
penciptanya yaitu jasmani,akal dan jiwa
yang diarahkan menjadi orang sempurna
dengan memandang potensi setiap individu
setiap peserta didik, oleh karena itu
pendidik dituntut agar memahami aspek
psikologis dan karakter setiap individu.
Dari sini jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalm menyampaikan materi pendidikan.
C. Jenis-Jenis
Metode Pendidikan Internal dan Eksternal
Materi
a.
Metode Internal
materi
a. Metode Deduktif
b. Metode Induktif
c.
Metode Diskusi
b.
Metode Eksternal
Materi
a.
Metode Teladan
b.
Metode Cerita
c.
Metode
Pembiasaan
BAB VIII
TEORI
PENDIDIKAN MENURUT JOHN DEWEY
Menurut
John Dewey, sekolah adalah lembaga penyelenggara pendidikan yang mempumyai
maksud dan tujuan untuk membangkitkan sikap hidup demokratis dan untuk
memperkembangkannya. Hal ini harus dilakukan dengan berpangkal pada pengalaman
–pengalaman anak. Harus diakui bahwa tidak semua pengalaman berfaedah, oleh
karena itu sekolah harus memberikan “bahan pelajaran” sebagai
pengalaman-pengalaman yang bermanfaat bagi masa depan anak sekaligus juga anak
dapat mengalaminya sendiri. Sehingga anak didik dapat menyelidiki, menyaring,
dan pengatur pengalaman tadi.
Pandangan
progresivisme mengenai konsep belajar bertumpu pada anak didik. Disini anak
didik dipandang sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan, dibandingkan makhluk
lain, yaitu akal dan kecerdasan. Dan dalam proses pendidikanlah peserta didik
dibina untuk meningkatkan keduanya. Menurut progresivisme, proses
pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis dan sosiologis. Dari segi
sosiologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau daya-daya yang
ada pada anak didik yang akan dikembangkan. Psikologinya seperti yang
berpengaruh di Amerika, yaitu pikologi dari aliran behaviorisme dan
pragmatisme. Dari segi sosiologis, pendidik harus mengetahui ke mana
tenaga-tenaga itu harus dibimbing. John Dewey mengatakan bahwa tenaga-tenaga pendidikan
itu harus diabdikan pada kehidupan sosial; jadi mempunyai tujuan sosial. Maka
pendidikan adalah proses sosial dan sekolah adalah suatu lembaga sosial.
BAB IX
TEORI
PENDIDIKAN MENURUT JEAN PIAGET
A.
Teori
Pendidikan Menurut Jean Piaget
Teori pendidikan yang dikemukakan oleh
Jean Piaget adalah teori pendidikan kognitivisme yaitu teori perkembangan
mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual.
Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas
dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap
perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu
dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak
berpikir melalui gerakan atau perbuatan. Menurut aliran ini, kita belajar
disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa atau kejadian yang
terjadi dalam lingkungan. Teori kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar
bagaimana orang-orang berpikir. Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.karena menurut
teori ini bahwa belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks. Jadi, menurut
teori kognitivisme pendidikan dihasilkan dari proses berpikir.
B. Konsep dan Teori Jean
Piaget
Ada beberapa konsep yang perlu
dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan kognitif atau teori
perkembangan Piaget, yaitu:
1. Intelegensi
2. Organisasi
3. Skema
4. Asimilasi
5. Akomodasi
6. Ekuilibrasi
Piaget mengidentifikasi 4 (empat)
tahapan utama perkembangan kognitif yaitu sensorimotor, pra-operasional,
operasional konkrit dan operasional formal.
1. Tahap
Sensorimotor (lahir – 2 tahun)
Perkembangan kognitif bayi sampai
kira-kira berusia 2 tahun pada umumnya mengandalkan observasi dari panca indera
dan gerakan tubuh mereka. Satu tanda dari perkembangan ini adalah memahami
objek tetap/permanen. Bayi berkembang dengan cara merespon kejadian dengan
gerak refleks atau ’pola kesiapan’. Mereka belajar melihat diri mereka sebagai
bagian dari objek yang ada di lingkungan.
2. Tahap
Pra-operasional (2 – 7 tahun)
Pra-operasional ditandai oleh adanya
pemakaian kata-kata lebih awal dan memanipulasi simbol-simbol yang
menggambarkan objek atau benda dan keterikatan atau hubungan di antara mereka.
Pemikiran atau sifat anak yang aneh /ganjil menunjukkan fakta bahwa mereka pada
umumnya tidak mampu menunjukkan operations (eksploitasi) atau jika mereka bisa
menunjukkan operation maka keadaannya akan terbatas. Mental operations pada
tahap ini sifatnya fleksibel dan dapat berubah. Tahap pra-operasional ini juga
ditandai oleh beberapa hal, antara lain : egosentrisme, ketidakmatangan pikiran
/ ide / gagasan tentang sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan antara simbol
dan objek yang mereka wakili, kemampuan untuk fokus pada satu dimensi pada satu
waktu dan kebingungan tentang identitas orang dan objek.
3. Tahap
Concrete Operational (6 atau 7 th – 12
tahun)
Pada tahap konkrit operasional,
penambahan dan pengurangan dalam hitung-hitungan bukan merupakan aktivitas yang
mudah. Konkrit operasional anak mengenal bahwa ada hubungan antara angka-angka
dan bahwa operasi dapat dilaksanakan menurut aturan tertentu. Pada tahap ini
anak menunjukkan permulaan dari kapasitas logika orang-orang dewasa. Mereka
mengerti aturan dasar dari logika. Bagaimanapun juga, proses berfikir, atau
operasi, pada umumnya melibatkan objek yang kelihatan (konkrit) daripada ide
yang abstrak. Egosentrisme pada tahap ini sudah mulai berkurang. Kemampuan
mereka untuk menggunakan peran dari orang lain dan melihat dunia, dan mereka
sendiri, dari perspektif orang-orang lain sudah berkembang dengan pesat. Mereka
mengenal bahwa orang melihat sesuatu dengan cara yang berbeda, karena perbedaan
situasi dan perbedaan nilai. Mereka dapat fokus pada lebih dari satu dimensi
pada beberapa waktu. Pada tahap ini juga sudah menunjukkan pemahaman akan hukum
kekekalan (konservasi).
4. Tahap
Formal Operational ( 12 tahun ke atas)
Tingkat operasi formal merupakan tahapan
terakhir dari skema Piaget, yang merupakan tingkatan dari kedewasaan
kognitif. Formal operational biasanya
dimulai pada masa pubertas, sekitar umur 11 atau 12 tahun. Akan tetapi tidak
semua anak memasuki tingkatan ini pada saat pubertas, dan beberapa orang tidak
pernah mencapainya. Tugas utama pada tahap ini meliputi kemampuan klasifikasi,
berpikir logis, dan kemampuan hipotetis. Ada beberapa feature yang memberi
remaja kapasitas lebih besar untuk memanipulasi dan menghargai lingkungan luar
dan dunia imajinasi yang mencakup pemikiran hipotetis, penyelesaian masalah
yang sistematis, kemampuan untuk menggunakan simbol dan pemikiran deduksi.
Remaja dapat memproyeksikan dirinya pada situasi yang melebihi pengalaman
mereka saat itu, dan untuk alasan itu, mereka terbungkus dalam fantasi yang
panjang.
C.
Implementasi
Teori Piaget dalam Pendidikan.
Beberapa
pemikiran piaget yang dapat diterapkan untuk mendidik anak:
1.
Gunakan
pendekatan konstruktif
Anak-anak dapat belajar dengan baik jika
mereka aktif dan mencari solusi secara mandiri. Dalam pembelajaran, siswa akan belajar
dengan baik dengan melakukan eksperimen dan berdiskusi, dari pada hanya
mendengarkan ceramah atau menghafalkan materi.
2. Melakukan pembelajaran fasilitatif
Guru efektif dapat mendesain
situasi-situasi yang mengembangkan penalaran sekaligus kreativitas siswa. Guru
mendengarkan, memperhatikan, dan member pertanyaan kepada siswa untuk membantu
mereka memperoleh pemahaman yang lebih baik. Guru jangan hanya menilai hasil
pembelajaran, tapi amatilah mereka dan pahamilah cara berpikir mereka. Berikan
pertanyaan-pertanyaan yang relevan yang merangsang pemikiran dan mintalah
mereka menjelaskan jawabannya.
3.
Pertimbangkan
pengetahuan anak dan tingkat pemikiran mereka
Murid tidak datang ke dalam kelas dengan
pikiran kosong. Mereka memiliki banyak pemahaman tentang dunia fisik dan alam.
Mereka memiliki konsep-konsep tentang ruang, waktu, kuantitas, dan sebab
akibat. Pemahaman ini berbeda dengan orang dewasa. Guru perlu menerjemahkan apa
yang dikatakan siswanya dan merespon dengan tidak terlalu jauh dari tingkat pemikiran
mereka. Piaget menyarankan pentingnya menilai kesalahan-kesalahan pemikiran
siswa kemudian membimbing mereka menuju tingkat pemahaman yang lebih tinggi.
4. Gunakan penilaian berkesinambungan
Penilaian tidak hanya dilakukan
menggunakan tes-tes yang terstandar, tapi juga memperhatikan portofolio siswa.
Pekerjaan atau tugas-tugas yang belum selesai maupun yang sudah lengkap.
5. Tingkatkan kesehatan intelektual anak
Pembelajaran seharusnya berjalan
alamiah, anak-anak jangan dipaksa dan ditekan untuk belajar terlalu banyak dan
terlalu dini dalam perkembangan mereka sebelum mereka siap dan matang.
Penekanan menimbulkan beban dalam perkembangan intelektual, sehingga
pembelajaran tidak memberikan hasil sesuai yang diharapkan.
6. Ubahlah ruang kelas menjadi ruang untuk eksplorasi dan penemuan
Pada tingkatan sekolah dasar kelas satu
dan dua, guru dapat melakukan eksplorasi dan penemuan. Ruang kelas di-setting
dengan struktur yang berbeda dari kelas pada umumnya. Guru mengobservasi minat
siswa dan partisipasi alami mereka serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan
dalam pembelajaran. Guru mendorong terjadinya interaksi antar murid selama
pembelajaran berlangsung, perbedaan sudut pandang siswa justru memberikan
kontribusi terhadap kemajuan pemikiran mereka.
BAB X
TEORI PENDIDIKAN
MENURUT LEV VYGOTSKY
Vigotsky adalah seorang ahli perkembangan berkebangsan
Rusia. Teorinya disebut dengan teori belajar social. Vigotsky mengemukakan
bahwa perkembangan manusia melalui interaksi social yang memegang peranan
penting dalam perkembangan kognitif anak. Menurut vigotsky anak belajar melalui
dua tahapan yaitu interaksi dengan orang lain, orang tua, saudara, teman
sebaya, guru dan belajar secara individual melalui mngintegrasikan segala
sesuatu yang dipelajari dari orang lain dalam struktur kognitifnya. Vigotsky
mengemukakan tiga perlengkapan manusia yaitu tols of the minds, zone of
proximal development dan soffolding. Tools adalah alat untuk membantu
mempermudah kerja, seperti pahat, mesin potong, gergaji, pisau, mesin pangkas,
adalah alat yang memudahkan kerja fisik manusia. Menurut vigotsky kerja mental
juga akan lebih mudah jika ada alat pendukungnya yang ia sebut sebagai tools of
the minds yang berfungsi untuk mempermudah anak memahami suatu fenomena,
memecahkan masalah, mengingat dan untuk berfikir. Misalnya, kelereng,
buah-buahan, lidi, biji-bijian adalah sejenis alat yang dapat membantu anak
memahami konsep bilangan. Melalui alat ini, akan dapat menghubungkan benda
dengan bahasa simbolik, seperti konsep bilangan satu, dua, tiga, empat, lima
dan enam. Konsep zone proximal development adalah suatu konsep tentang hubungan
antara belajar dengan perkembangan anak. Istilh zone mengambarkan bahwa
perkembangan merupakan suatu daerah atau medan. Perluasan suatu medan
perkembangan ditentukan oleh bantuan orang yang lebih ahli yang disebut
scaffolding. Scaffolding adalah bantuan yang diperoleh anak dari seseorang yang
lebih mampu, lebih mengetahui, dan lebih terampil dalam ZPD untuk membantu anak
agar memperoleh hasil belajar yang lenih tingi (brunner dan Ross 1976). Bentuk
bantuan misalnya menyediakan objek, menunjukan bagian objek, menggunakan
gambar, menunjukan cara menggunakan sesuatu atau memberikan alat bantu
pengukuran.
Teori belajar vigotsky memiliki empat prinsip umum
yaitu:
1. Anak mengkontruksi pengetahuan akan lebih mudah bila
tersedia tools of minds yang lebih kaya dan bervariasi
2. Belajar terjadi dalam kontek social, oleh karena itu
untuk membantu mengoptimalkan perkembangan anak, dia harus dilibatkan sebanyak
mungkin dalam interaksi social dengan sebaya, guru. Orang tua dan orang dewasa
lainnya.
3. Belajar mempengaruhi perkembangan mental
4. Bahasa itu, memegang peranan penting dalam membantu
perkembangan mental anak. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan perkembangan
berpikir anak, pengenbangan bahasa atau literasi anak harus pula dioptimalkan
melalui melibatkan anak dalam aktivitas literasi dirumah, dilembaga PAUD dan di
masyarakat.
Vigotsky meyakini bahwa anak memiliki kemampuan secara
aktif membangun pengetahuan melalui interaksi social di lingkunganya. Konte
social mempengaruhi perkembangan berpikir, sikap dan tingkah laku anak. Kontek
social adalah meliputi seluruh lingkungan dimana anak tinggal yang secara
langsung atau pun tidak langsung dipengaruhi oleh sistem budaya yang berlaku dalam
masyarakat dimana anak hidup.
Vigotsky mengemukakan tiga konteks social, yaitu :
1. Interaktif, orang lain atau teman sebaya yang sedang
melakukan interaksi dengan anak
2. Tingkat structural yaitu konteks social yang memiliki
struktur seperti anggota keluarga, lembaga PAUD, dan masyarakat sekitar, dan
3. Tingkat struktur social yang meliputi keseluruhan
berbagai hasil kreasi anggota masyarakat.
Konsep teori perkembangan kognitif vigotsky berkutat
pada tiga hal, yaitu:
1. Hokum genetic tentang perkembangan ada dua, yaitu:
a. Tatanan social lingkungan
b. Psikologis yang ada pada dirinya
2. Zona perkembangan proksimal
Kemampuan kognitif diperoleh dengan bantuan kata
bahasa dan bentuk percakapan.
3. Mediasi
Alatnya (mediator) yang berperan dalam proses
perkembangan sosialnya.
Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip,
yaitu:
1. Pembelajaran aktif dalam upaya untuk memahami
pengalaman
2. Pemahaman bahwa pelajar mengembangan tergantung pada
apa yang telah mereka ketahui.
3. Belajar membangun pemahaman daripada catatan
4. Belajar adalah perubahan dalam struktur mental
seseorang.
BAB XI
TEORI
PENDIDIKAN MENURUT MARIA MONTESSORI DAN AUSUBEL
A.
Teori
Pendidikan Menurut Maria Montessori
Maria Montessori,
seorang dokter wanita
Italia pertama. Montessori lahir
di Chiaravalle, sebuah propinsi kecil
di Ancona, Italia,
padatahun 1870. Reputasinya dibidang
pendidikan anak dimulai
setelah Montessori lulus dari sekolah kedokteran.Dia bekerja
di sebuah klinik psikiatri Universitas Roma. Pekerjaannya
tersebut menyebabkan
dia berinteraksi langsung dengan
masalah cacat mental.
Pemikiran
Montessori
yang berkaitan
dengan anak caca tmental akhirnya ditindaklanjuti dengan
pendirian Casaidei Bambini atau Children‟s Housedi daerah-daerah kumuh di
Roma tahun 1907.Lingkungan diatur sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh
anak-anak cacat mental dibawah lima tahun.
Ada
prinsip-prinsip yang
diyakini oleh Maria Montessori
yaitu:
1.
Menghargai anak
Setiap anak
itu unik sehingga pendidik
dalam memberikan pelayanan harus
secara individual. Anak
memiliki kemampuan yang berbeda
satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu pendidik
harus menghargai
anak sebagai individu
yang memiliki kemampuan yang luar
biasa.
2. Absorbent Mind(pemikiran
yang
cepat menyerap)
Informasi
yang masuk melalui
indera anak dengan cepat
terserap kedalam otak.
Daya serap otak anak dapat
diibaratkan seperti sebuah sponse yang cepat
menyerap air. Untuk itu pendidik hendaknya jangan salah dalam
memberikan konsep-konseppada
anak.
3. “Sensitiveperiods”(masapeka).
Masa
peka dapat digambarkan
sebagai
sebuah pembawaan atau
potensi yang
akan berkembang
sangat pesat pada waktu-waktu tertentu.
Potensi ini akan mati
dan tidak akan muncul lagi
apabila tidak diberikan
kesempatan
untuk berkembang, tepat
pada waktunya.
4. Lingkungan yang disiapkan
a. Pendidik hendaknya menyiapkan
suatu lingkungan yang dapat
memunculkan keinginan
anak untuk mempelajari banyak
hal. Lingkungan yang
disiapkan harus dirancang
untuk menfasilitasi kebutuhan dan minat anak,
sehingga pendidik harus meyediakan sarana dan prasarana yang
sesuai
dengan kebutuhan dan minat anak.
b. Lingkungan ditata dengan
berbagai setting
sehingga anak
tidak
bergantung dengan orang
dewasa. Lingkungan yang disiapkan ini
membuat anak bebas
untuk bergerak, bermain dan bekerja.
5. Pendidikandiri sendiri
Dengan lingkungan
yang disiapkan
oleh pendidik, memungkinkan anak dapat
bereksplorasi, berekspresi, mencipta tanpa
dibantu olah orang dewasa.
Hasil yang diperoleh anak
karena
karyanya sendiri
jauh luar biasa dan menakjubkan dibanding jika mereka dibantu.
Karya
yang dihasilkan beragam dan unik
sedangkan yang dibantu
hasil karya anak seragam
dan sama. Jadi sebenarnya anak
dapat belajar sendiri jika kita member fasilitas sesuai dengan potensi dan minatnya.
B.
Teori
Pendidikan Menurut Ausubel
Menurut david p.Ausubel belajar dapat
diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama ubungan dengan cara
informasi atau materi palajaran disajikan kepada siswa, melalui penerian atau
penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitrkan
informasi tersebut pada struktur kognitif yang telah ada.
Pada tingkat pertama dalam belajar,
informasi dapat dikomunikasikan pada siswa dalam bentuk :
1. Belajar
peneriman (reception learning) yang menyajikan informasi tersebut dalam bentuk
final.
2. Belajar
penemuan (discovery learning ) yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang dipelajari
Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan
atau mengaitkan informasi tersebut pada konsep-konsep dalam struktur
kognitifisme:
Dalam hal ini terjadi “belajar bermakna
(meaning ful learning)”. Siswa mungkin saja tidak mengaitkan informasi tersebut
pada konsep-konsep aulida dalam struktur kognifnya: siswa hanya terbatasd
menghafal informasi baru; dalam hal ini terjadi “belajar hafalan (rote
learning)”. Collette dan chiappetta mengambarkan dua dimensi ini dalam suatu
salib sumbu.Sumbu vertical menyatakan dimensi pertama, sedangkan sumbu
horizontal menyatakan dimensi kedua.
Ausubel mengemukakan bahwa belajar
menerima dan belajar menemukan adalah dua hal yang berbeda. Pada belajar
menerima, isi pokok yang akan dipelajari diberikan kepada siswa dalam bentuk
catatan. Ausubel juga menjelaskan bahwa perbedan antara belajar hafalan dan
belajar bermakna sering dicampuradukan dengan perbedaan antara belajar menerima
dan belajar menemukan.Pencampuradukan ini disebabkab adanya angapan bahwa
belajar menerima adalah hapalan, sedangkan belajar menemukan adalah bermakna.
Hapalan sebenarnya mendapatkan informasi
yang terisolasi sedemikian sehinga siswa tyidak dapat mengaitkan informasi yang
diperoleh tersebut kedalam struktur kognotofnya. Belajar hapalan adalah suatu
proses belajar yang dilakukan dengan mengingat kata demi kata. Sedangkan
belajar bermakna merupan rangkaian konsep dasar yang memberikan hasil yang
bermakna.
Factor-faktor
utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut ausubel adalah :
Struktur kogniti yang ada, stabilitas,
dan kejelasan pengetahiuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu
tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan
arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk kedalam waktu struktur
kognotif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur
kognitif itu stabil dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sah dan jelas
atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika
struktur itu tidak stabil, meragukan, tidak teratur, maka struktur kognitif itu
cenderung menghambat belajat dan retensi.
Demikian kedua pemaparan dari kedua
dimensi tersebut terdapat empat kemungkinan tipe belajar, yakni:
1. Belajar
menerima yang bermakna
2. Belajar
penemuan yang bermakna
3. Belajar
menerima yang hapalan ( tidak bermakna )
4. Belajar
penemuan yang hapalan (tidak bermakna)
Langkah-langkah
belajar bermakna ausubel adalah:
1. Pengatur
awal (advance organizer)
2. Diferensiasi
progregsif
Ausubel
(Dahar,1989:141) ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu :
1. informasi
yang dipelajari secara bermakna.
informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya
untuk materi pelajaran yang mirip
2. informasi
yang dipelajari secara bermakna memudahkan belajar hal-hal yang mirip walaupun
terjadi lupa.
Inti dari teori ausubel tentang belajar
adalah “ belajar bermakna”. Ausubel selanjutnya memberikan dua prasyarat untuk
belajar menerima yang bermakna, yakni:
Siswa telah memiliki satu himpunan
belajar yang bermakna.Artinya kondisi dan sikap siswa telah siap untuk
mengerjakan tugas belajar yang sesuai dengan tujuan mereka.
Tujuan belajar yang berikan kepada siswa
harus sesuai dengan struktur kognitif siswa, sehingga siswa dapat
mengasimilasikan bahan baru tersebut secara bermakna.Belajar bermakna terdahulu
merupakan dasar atau penguat untuk belajar baru, sehingga belajar baru dan
retensi tidak menjadi belajar kapalan.
Ausubel mengembangkan suat cara yang
disebut dengan advanceorganizer untuk mengorientasikan siswa pada materi yang
akan dipelajari dan membantu mereka untuk mengingat kembali informasi-informasi
yang berkaitan dan dapat digunakan untuk membantu dalam menyatukan
informasi-informasi baru yang akan dipelajari.
1. Tahap
satu (Guru menyajikan
abstraksi atau generalisi pelajaran)
2. Tahap
dua (Guru menjelaskan
istilah-istilah kunci)
3. Tahap
tiga (Guru memberikan contoh)
4. Tahap
empat (Siswa bekerja dengan
contoh spesifik)
Menurut ausubel, paling sedikit terdapat
tiga tujuan yang dapat dicapai oleh advanceorganizer. Pertama, advanceorganizer
memberikan kerangka konseptual untuk belajar yang akan terjadi berikutnya.
Kedua, advanceorganizer dipilih secara seksama sehingga dapat menjadi
penghubung antara simpanan informasi siswa saat ini dan belajar yang baru.
Ketiga, berlaku sebagai jembatan antara struktur kognitif lama dan struktur
kognitif yang masih akan diproses makna lebih lama dapat diingat.
BAB XII
TEORI
PENDIDIKAN MENURUT ERIK ERIKSON DAN JEROME S.BRUNNER
A. Teori
Pendidikan Erik Erikson
1.
Proses Perkembangan
Kepribadian Menurut Erik Erikson
Teori
perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu
teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund
Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia
menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia;
satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak
berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa
aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.
Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang
sangat selektif karena didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena
teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan
ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia. Kedua,
menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap tahap
perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan yang ketiga/terakhir adalah
menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian
klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan
dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan. Melalui teorinya
Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku
manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami
persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern
seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk
menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan,
baik anak, dewasa, maupun lansia.
Delapan
tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap
tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat
sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan
dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut
Erikson adalah sebagai berikut :
a. Trust
vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
b. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
c. Inisiatif
vs Kesalahan
d. Kerajinan
vs Inferioritas
e. Identitas
vs Kekacauan Identitas
f. Keintiman
vs Isolasi
g. Generativitas
vs Stagnasi
h. Integritas
vs Keputusasaan
B.
Teori
Pendidikan Jerome S. Bruner
1.
Proses Belajar
Mengajar Menurut Jeromi S. Bruner
Bruner
menjadi sangat terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar
daripada hasil belajar, metode yang digunakannya adalah metode Penemuan (discovery
learning). Discovery learning dari Bruner merupakan model pengajaran yang
dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip
konstruktivitas.
Dalam
Teori Bruner dengan metode Penemuan (discovery learning), kekurangannya tidak
bisa digunakan pada semua materi dalam matematika hanya beberapa materi saja
yang dapat digunakan dengan metode penemuan.
Teori
belajar matematika menurut J.S. Bruner tidak jauh berbeda dengan teori J.
Piaget. Menurut teori J.S. Bruner langkah yang paling baik belajar matematika
adalah dengan melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan
belajar konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang
menunjukkan representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara
pelajaran yang lalu dengan yang dipelajari harus ada kaitannya.
Menurut
Bruner, agar proses mempelajari sesuatu pengetahuan atau kemampuan berlangsung
secara optimal, dalam arti pengetahuan taua kemampuan dapat diinternalisasi
dalam struktur kognitif orang yang bersangkutan.Kemampuan tersebut dibagi dalam
3 tahap yaitu, tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik.
Bruner
mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir
bersamaan. Ketiga proses itu adalah :
a. Tahap
informasi (tahap penerimaan materi)
b. Tahap
transformasi (tahap pengubahan materi)
c. Tahap
evaluasi
Adapun
teorinya yang pernah dikemukakan yakni “free discovery learning”. Menurut teori
itu proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk (konsep, teori,
definisi) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Proses belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara kita mengatur materi
pelajaran dan bukan ditentukan oleh usia peserta didik.
Proses
belajar terjadi melalui tahap-tahap yaitu:
a. Tahap
Enaktif
b. Tahap
Ikonik
c. Tahap
Simbolik
BAB XIII
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia
adalah makhluk ciptahan Tuhan yang paling sempurna diantara yang lainnya karena
kita dikaruniai akal, pikiran dan perasaan oleh Tuhan. Manusia menggunakan akal
pikirannya itu untuk memperoleh sebuah ilmu. Ilmu merupakan hasil oleh piker manusia
secara mendalam sehingga menghasilkan suatu konsep ilmu yang dapat bermanfaat.
Tugas akal manusia merupakan suatu metode mengajar tang diterapkan dalam proses
belajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas melalui pendidikan.
Pendidikan
pun memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikanlah
yang memtukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang
berkualitas, dengan tanpa mengesampingkan unsure-unsur lain dalam pendidikan.
Dalam proses penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang
matang, cermat dan teliti. Materi pendidikan juga harus dipersiapkan dengan
matang. Karen materi pendidikan merupakan perencanaan, prediksi dan proyeksi
tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran harus dikuasai
peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Namun
tidak lupa juga dengan metode pendidikan, karena petode pendidikan merupakan
cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Ada pun
jenis-jenis metodenya: a. metode internal materi (metode deduktif, metode
induktif, dan metode diskusi); b. metode eksternal materi (metode teladan,
metode cerita. Dan metode pembiasan).
Untuk
mencapai semua itu tentu saja tidak lepas dari sebuah teori, baik secara umum
maupun menurut para ahlinya. Teori pendidikan secara umum ialah setiap sesuatu
yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan jasmani seseorang, akalnya dan
akhlaqnya dilahirkan sehingga dia mati. Menurut John Dewey pola pendidikan
parsitipatif yang bertujuan untuk lebih memberdayakan peserta didik dalam
jalannya proses pendidikan. Bagi John Dewey lebih mementingkan kreativitas dan
keterlibatan siswa dalam diskusi dan pemecah masalah. Menurut Jean Piaget
menentukan bahwa anak-anak berpikir dan beralasan secara berbeda pada periode
yang berupa pertanyaan. Menurut Lev Vygotsky kerja mental anak akan lebih mudah
jika ada alat pendukungnya yang ia sebut tools
of the minds yang berfungsi untuk mempermudah anak memahami suatu fenomena,
memecahkan masalah, nebgingat dan untuk berpikir. Menurut Maria Montessori
tujuan pendidikan adalah mengoptimalkan seluruh kemampuan melalui stimulasi
yang dipersiapkan. Untuk dapat memberikan stimulasi yang maksimal maka guru
harus mempersiapkan perencanaan secara rinci dan mempersiapkan lingkungan pembelajaran yang tenang dan
teratur. Kelas yang terdiri dari bermacam-macam usia membuat anak dapat belajar
dari anak yang tua usianya selain juga belajar dari guru. Menurut Ausubel belajar
dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama hubungan
dengan cara informasi atau materi
pelajaran disajikan kepada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi
kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi tersebut pada
struktur kognitif yang telah ada.
Menurut
teori perkembangan Erik Erikson, perkembangan menagalami delapan tahap, dimana
delapan tahap itu dari usia nol sampai mati. Teori ini banyak digunakan untuk
menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan,
baik anak, dewasa, maupun lansia. Sedangkan menurut Teori pendidikan menurut
Jerome S.Bruner sangat terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar
daripada hasil belajar, metode yang digunakannya adalah metode penemuan.
B.
Saran
Dengan
adanya makalah ini, diharapkan sebagai calon guru kita semua bisa memahami dan
mencoba menerapkan teori-teori pendidikan ini. Karena dengan adanya teori
pendidikan ini, kita sebagai guru mempunyai bekal untuk memasuki proses belajar
mengajar nanti dilapang, dengan teoti ini calon guru dilatih sedemikian rupa,
dimana dalam menentukan tujuan pendidikan, materi pendidikan maupun
metode-metode pendidikan haris direncanakan atau dipersiapkan secara rinci dan
teratur. Agar semua konsep-konsep kognitip yang kita sampaikan dan sajikan
kepada siswa tidak keluar dari teori-teori yang telah ada.
Semoga
penerus guru-guru yang terdahulu mampu mengeluarkan inovasi baru dan mampu
menunjukan kualitas guru yang baik, dimana dapat membantu proses pembangunan
bangsa melalui pendidikan.